P A R T 23

1.3K 59 0
                                    

Gak ada yang namanya cewek matre, adanya cowok yang gak bisa ngebiayain tuh cewek.
-Baskara Ganeva

****

"Ka, lo ikut nongkrong gak hari ini?" Tanya Ardira di seberang telefon.

"Jam berapa? Lo yakin anak tongkrongan lo bisa nerima orang baru."

"Jam tiga sore nanti. Gue tahu lo gak akan buat onar makanya gue ajak, sekalian cari temen baru, kan."

"Ya udah, entar gue kesana. Zersa manggung, kan?"

"Udah pasti. Lo ijin dulu sama nyonya besar, entar ngambek."

"Bawel, lo." Ardira hanya terkekeh sebelum akhirnya menutup telefon.

Memang akhir-akhir ini mereka sering nongkrong di cafe tempat Zersa manggung. Zersa diam-diam sudah bekerja sampingan di sebuah cafe ternama, maka dari itu ia mengajak teman-teman kenalannya untuk menonton dan sekalian mengobrol santai di tempat itu.

"Halo, Ra."

"Iya, kenapa Aska?"

"Gue mau nongkrong sama temen gue."

"Kenapa bilang Ara?"

"Entar lo kangen lagi, terus nyariin, terus ngiranya gue kecelakaan."

"Gak gitu sih."

Baskara terkekeh pelan, "Ya udah gue siap-siap dulu."

"Iya, hati-hati."

Baskara tersenyum, gadis kecil itu rupanya masih perduli dengannya. Walau gadis itu seakan-akan berjalan menjauhi matahari, matahari akan selalu mengikutinya. Baskara tidak mau kehilangan Ara lagi.

****

"Woi, Ka! Sini." Ardira memanggilnya dari sudut cafe itu.

"Udah pada ngumpul semua?"

"Udah, tinggal lo doang."

"Kenalin gue Aldo, alumni sekolah lo." Seorang lelaki bertubuh jangkung dan berkulit sawo matang itu berdiri.

"Halo, Kak." Ucap Baskara.

"Berasa tua gue. Panggil Aldo aja, bro."

"Oh, iya, Do."

"Gue Reza, anak magang cafe ini juga." Sekarang laki-laki di samping Aldo lah yang mulai mengenalkan dirinya.

"Salam kenal, Za."

"Duduk, Ka."

"Lo semua udah tahu nama gue?"

"Udah, berkat Ardira."

"Ekhem, selamat sore semuanya." Zersa yang berada di panggung mulai mengetuk-ngetuk mikrofonnya.

"Hari ini gue bawa temen duet, silahkan naik ke panggung, Stef." Ardira langsung menoleh dibuatnya. Benar saja, itu Stefany yang ia kenal.

"Wuih, Zersa punya gebetan, uy!" Teriak Aldo heboh.

"Gue ke toilet bentar." Ucap Ardira.

"Kenapa itu dia?" Tanya Zersa kebingungan sementara Baskara hanya mengedikan bahunya.

"Kata pujangga, cinta itu luka yang tertunda.
Walau awalnya selalu indah.
Bila bukan jodohnya, siap-siap tuk terluka." Buka Zersa dalam nyanyian tersebut dan ia mulai memetik gitarnya.

Bertepatan dengan Ardira yang sudah kembali ke tempat duduknya, kali ini bagian Stefany yang bernyanyi.

"Lebih baik bangun cinta, daripada jatuh cinta.
Jatuh itu sakit, bangun itu semangat." Tatapan Stefany tak lepas dari Ardira.

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang