P A R T 20

1.6K 66 1
                                    

Mantan. Memang hanya tinggal kenangan tetapi akan selalu memiliki tempat.
-unknown

****

"Aska yakin, kuat pulang sekarang?" Tanya Ara pada Baskara yang memaksakan untuk pulang sore itu. Pagi-pagi buta setelah melihat Baskara, Ara langsung pulang lagi ke rumahnya dan segera siap-siap ke sekolah, baru ke rumah sakit lagi untuk menemui Baskara.

"Ini cuma kecelakaan kecil, Ra."

"Tapi sama aja namanya kecelakaan kan."

"Gue baik-baik aja." Tegas cowok itu untuk meyakinkan Ara.

Stefany dan Carnelie tersenyum manis melihat kedua orang itu. Sementara Zersa dan Ardira tetap datar. Akhirnya, penantian Ara tidak sia-sia lagi. Sepertinya Ara mulai lupa bahwa dirinya telah dalam proses melupakan Baskara. Karena tidak ada yang namanya rasa yang benar-benar hilang. Walau kita berbicara demikian, ketika mendengar nama mantan, pasti langsung flashback kenangan-kenangan indah bukan?

"Gue pulang sama Kak Rachel, lo mau ikut?"

"Gak usah, Ara naik taksi aja."

"Oke, kalo udah sampai rumah kabarin, ya." Ara mengangguk, menahan senyum.

"Duluan, ya, Ra." Ucap Baskara dan Rachel bersamaan.

"Cie....." Stefany menyenggol bahu Ara saat Baskara sudah melaju pergi.

"Apa sih."

"Kalo salting tuh jangan bilang 'apa sih', ketahuan banget." Kemudian Stefany tertawa puas.

"Stef, udah sore." Ucap Ardira singkat.

"Oh, iya." Stefany tersenyum simpul membuat kedua sahabatnya itu menaruh curiga pada kedua lawan jenis itu.

"Gue pulang dulu." Ucap Stefany dengan mata sendu.

"Ra, Nel, duluan." Ucap Ardira tanpa senyum dan pandangan yang terus melekat pada Ara.

"Ssstt... Si Stefany sejak kapan deket sama Ardira? Bukannya kelas XII 2 sama XII 3 masih perang dingin?" Bisik Ara.

"Gak tau juga. Tuh lo liat muka Zersa, serem banget." Ara melirik Zersa dan benar, cowok itu sedang mengernyit memandang ponselnya.

"Bisa mati gue deket-deket dia terus." Ucap Carnelie pelan, takut yang mereka omongin dengar. Zersa pun pergi dengan langkah lebar, tanpa senyum, maupun tanpa ucapan selamat tinggal kepada dua cewek itu.

"Kok Zersa lebih nyeremin ya daripada Ardira sama Baskara?" Ucap Ara memandang kepergian cowok itu.

"Bodo amat deh, yang penting sekarang dia jauh-jauh dari gue."

"Ya udah, Ara pulang dulu."

"Iya, hati-hati."

Setelah Ara pergi, seseorang menepuk pundak Carnelie yang hendak melenggang pergi dari rumah sakit itu juga.

"Loh.. Zer.. Zersa?"

"Ikut gue, ada yang perlu gue omongin."

****

Zersa
Aska, gue rasa lo harus lihat ini

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang