"Ara! Jadi kan pulang bareng?"
"Kayaknya Ara gak bisa deh, Ara mau ke perpustakaan sekolah dulu."
"Ya udah gue ikut aja." Tolong Ardira, Tuhan. Perpustakaan adalah tempat yang paling dihindari oleh cowok semacam Ardira.
"Beneran? Ara gak mau ngerepotin."
"Gak apa, udah ayok. Entar kesorean keburu tutup lagi. Pak Gendut kan sensi-an sama gue."
Tawa Ara berderai, "Pak Gendu, Ar. Bukan Gendut." Ucapnya sambil berjalan.
"Abis tuh guru kalo makan udah kayak biawak kemasukan jin." Tawa Ara semakin keras.
Ara tidak membalas lagi dan kemudian masuk ke perpustakaan, mencari-cari buku-buku pelajaran yang dapat membantunya untuk Ujian Nasional nanti. Ardira hanya menatapnya lamat-lamat. Cewek ini cantik, putih, bisa dibilang tinggi untuk kaum hawa, berambut ikal dibawah, body-nya pas, hidung mancung, dan bertulang pipi tirus. Apa yang membuat Baskara begitu membenci cewek ini?
"Hey! Denger gak Ara ngomong apa?"
"Eh, sori-sori gue gak denger." Ara hanya menghela nafasnya sebelum menjawab.
"Baskara itu sayang ya sama Widya?"
"Kalo sayang mah gak usah ditanya. Widya itu satu-satunya cewek yang Baskara sayang dan peduliin."
"Satu-satunya?"
"Iya satu-satunya."
"Mama-nya?"
"Dia sama sekali gak peduli sama nyokapnya. Nyokapnya pindah ke Ausie sama selingkuhannya dan anaknya. Baskara cuman tinggal sendiri di rumah, kadang asisten rumah tangganya di suruh nginep sama Baskara saking sepinya itu rumah."
"Papa-nya emang ke mana?"
"Bokapnya meninggal gara-gara penyakit jantung pas tahu kalau nyokapnya Baskara selingkuh. Makanya Aska benci banget sama semua cewek, ya kecuali Widya."
"Maaf ya, kalo Ara kepo banget."
"Gak apa kok, wajar aja."
"Boleh nanya lagi gak? Kok Widya bisa sedeket itu sama Baskara?"
"Waktu itu mereka umur sepuluh tahun, Widya itu tinggal di panti asuhan di sebelah rumah Baskara. Baskara waktu itu nolongin Widya yang dipalak sama anak-anak jalanan. Waktu itu juga pertama kalinya Baskara berantem sama orang. Dia sampe buat orang yang malak Widya itu masuk rumah sakit terus Baskara dipukulin pake ban pinggang sama bokapnya. Dari situ lah rasa bencinya pada cewek muncul. Tapi Widya yang gak nyerah buat minta maaf akhirnya bisa menaklukan hati es Baskara kita tercinta."
Ara menghapus genangan air matanya yang tak sempat turun, "Lo cerita kayak dongeng pengantar tidur tau." Ucapnya sambil tertawa.
"Udah jam setengah tiga nih, balik yuk."
"Ayok." Ardira menggenggam tangan Ara membuat cewek itu terkejut.
"Eh maaf, kalo risih ya gak apa." Ardira mengerti keadaan.
"I-iya." Hati Ara yang sudah tersusun rapih menjadi berantakan sekarang. Walau di hatinya hanya tertanam nama Baskara, tapi cewek mana yang tidak tersanjung dengan perlakuan Ardira tadi?
****
"Ka, lo benci banget ya sama Ara?" Tanya Ardira kepada cowok di sampingnya ini.
"Banget."
"Kenapa?" Cowok yang ditanya hanya mengedikkan bahunya yang membuat Ardira semakin kesal.
"Jadi cowok jangan terlalu susah dimiliki lah, entar semua cewek pada kabur."
"Kenapa sih lo maksa? Gue gak suka Ara dan benci dia, kalo lo mau, lo bisa ambil." Jawab Baskara acuh tak acuh. Sementara temannya itu hanya dapat memaklumi sifat keras Baskara.
"Lo tau kenapa? Karena gue suka Ara. Gue mau lihat Ara bahagia, gak sedih sama perlakuan lo itu."
"Ya kalo suka kenapa gak coba buat memiliki?"
"Karena Ara itu sayangnya cuma sama lo, Ka."
"Bisa aja enggak. Dia kan centil."
"Dia centil kayak gitu cuma sama lo doang." Baskara hanya mendengus, malas mendengar nama cewek itu.
"Kemaren di perpustakaan, gue megang tangan Ara dan dia langsung keliatan risih gitu. Dia gak suka sama sentuhan gue. Jadi gue harap lo bisa kasih keceriaan dalam hidupnya." Ardira pergi melenggang dengan motor besarnya itu, meninggalkan Baskara dengan penuh tansa tanya.
"Ara, beneran suka sama gue? Gue pikir dia cuma mengejar popularitas kayak yang sebelum-sebelumnya." Ucap Baskara entah kepada siapa. Dia trauma dengan semua cewek, terutama kepada ibunya, Ara. Nama yang sama dengan cewek yang mendekatinya saat ini, juga muka yang hampir sama, membuat Baskara semakin benci jika melihatnya. Ara adalah pantulan sempurna dari sosok ibunya. Baskara takut, jika dia melangkah ke hati Ara, dia akan tersakiti seperti ayahnya. Dia tidak mau itu terjadi, maka Widya adalah sosok wanita yang ada di hati Baskara. Bukan Baskara mencintainya, tapi sepertinya peduli itu lebih baik dari rasa cinta.
Tidak mau memikirkan cewek terlalu lama, Baskara berniat untuk kembali ke rumahnya yang sepi beberapa tahun belakangan ini. Dering ponsel Baskara membuat Baskara mengurungkan niatnya sejenak.
"Mama? Buat apa dia nelfon?" Tidak butuh satu detik, Baskara langsung menolak panggilan telfon tersebut dan pergi melenggang dengan perasaan campur aduk dan pertanyaan yang terus bercokol di kepalanya.
Ara serius sama gue?
****
Pilih mana nih?
A. Baskara-Ara
B. Ardira-Ara
Maunya gimana tentang kelanjutan cerita ini? Komen"
Pencet bintang tuh jgn lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA ✅
Teen FictionBaskara Ganeva, cowok ganteng idaman para wanita di SMA Belvado. Si cuek, dingin, ganteng, tinggi, putih, dengan muka yang hampir sama dengan tembok. Baskara membenci perempuan semacam Ara. Yang pecicilan dan salah satu yang berani mengejar cintanya...