69. Takdir (Ending)✅

766 39 4
                                    


Sandra membuka gerbang tersebut dengan marah, sekilas ia melihat gembok di tanah yang juga penyok seolah baru saja di bobol. Tanpa rasa takut, gadis itu melangkah masuk. Kedua matanya tiba-tiba terasa panas dengan pikiran-pikiran negative yang berputar di kepalanya. Siapapun dan apapun, Sandra tak mau merelakan tempat ini. Meskipun sudah bertahun-tahun tak terawat, tetap saja, Sandra akan menjaga amanah untuk menjaga tempat ini.

Kedua kaki Sandra berhenti saat melhat sesuatu yang mengejutkan lagi. Kini yang Sandra lihat adalah sebuah gerbang besi yang masih mengkilap di depannya. Aneh, sejak kapan ada gerbang kedua? Apa ini ulah seseorang yang berani mengaku-ngaku pemilik rumah ini?

Sandra tidak bisa menenangkan hatinya. Nafasnya terasa berat, namun ada sesuatu lagi yang membuatnya semakin penasaran. Beberapa saat kemudian gerbang tersebut terbuka secara otomatis diikuti dengan papan kayu yang terlihat pertama kali. Papan yang berdiri karena sanggahan kayu itu bertuliskan 'welcome'.

Sandra masih tercengang. Ia melihat ke segala arah ketika gerbang terbuka lebar. Rumput di halaman tampak terawat, bunga-bunga, dan tanaman yang lain. Bahkan kursi yang sebelumnya berkarat kini menjadi putih mengkilap. Kedua alis Sandra bertaut, semakin bingung dengan semua ini. Garis wajahnya berubah saat baru menyadari ada sesuatu yang baru. Yakni jalan yang dibuat dari pangkasan rerumputan yang membentuk jalan layaknya karpety merah.

Sandra berjalan mengikuti pangkasan itu dan berhenti di depan sebuh pot bunga. Terdapat sebuah kunci yangtergelatak di atas tanahnya dengan kertas kecil yang bertuliskan, 'Take It'. Tangan Sandra bergerak mengambilnya. Ia mematung sembari terus mengamati kunci tersebut. Ia berfikir tak mungkin jika kunci ini adalah kunci pintu vila di depannya tersebut. Kunci itu sudah lama hilang dan siapapun mungkin sangat sulit untuk mendapatkan yang baru karena pintu vila ini sangat klasik dan kuno. Jadi satu-satunya cara untuk membuka tempat ini adalah merusak pintu itu dan menggantinya dengan pintu yang baru. Tapi dilihatnya, pintu itu masih sama.

Walau ragu, Sandra mecoba untuk menggunakan kunci di tangannya ini. Setelah menghela nafas panjang, Sandra memutar kunci itu.

KLEK

Kunci berhasil diputar. Gadis berambuit pirang itu membelak kaget. Tangannya sampai bergetar kecil karena tak menduka hal ini. Dengan perasaan yang masih mengambang, tangan Sandra bergerak mendorong dua pintu besar itu agar terbuka.

Suara decitan terdengar diantara keheningan dan suara angin malam.

Gelap.

Itulah yang Sandra lihat pertama kali. Jantungnya berpacu sangat cepat , merasakan phobia lamanya ini. Kaki Sandra hendak melangkah mundur, namun tiba-tiba sebuah cahaya kecil dari satu sudut bersinar. Sandra reflek melangkahkan kakinya masuk untuk melihat cahaya apakah itu. Garis wajah Sandr alangsung berubah, cahaya tersebut berasal dari lampu kecil yang menyala dan hanya menerangi satu benda yang menempel di dinding, yakni foto kakek dan neneknya ketika masih mudah.

Tak lama kemudian sebuah cahaya lagi muncul, juga hanya menerangi sebuah foto yang menggantung dalam sebuah figura yang tak jauh dari foto pertama tadi. Kali ini foto yang terlihat adalah foto Sandra di atas pangkuan ibundanya, Meri. Cahaya lain muncul secara bertahap dan berderet menerangi banyak foto lagi yang menggantung di dinding. Semua foto itu sama, tak ada yang berubah. Sandra tersenyum haru, tak terasa beberapa bulir air mata sudah mengalir dipipinya.

"S-siapa yang melakukan ini?" ucap Sandra sangat pelan. Semilir angin menerpa rambutnya yang tergerai. Sampai satu lampu menyala dengan tiba-tiba tepat lurus dengan posisi Sandra berdiri. Sandra mematung, cahaya tersebut kali ini menerangi seorang pria yang duduk di depan piano besarnya. Tak lama setelahnya jari pria itu menari diatas tuts alat musik itu dan mengalunkan sebuah nada.

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang