50. Hal Mencurigakan✅

1.7K 82 12
                                    

"Batalkan semua acara itu!"

"Eh, santai saja. Jangan marah-marah gitu. Bukankah kita sudah lama tidak berbicara?"

"Gue gak peduli. Sekarang lo harus datang kesini."

"Sorry gue gak bisa. Ini adalah acara yang paling gue tunggu-tunggu."

"Oke, apa lo tetep nolak jika gue sekarang minta lo nepati janji lo dulu, HAH!?"

"A-apa?"

"Ya, gue minta itu sekarang. Gue minta sekarang juga balas budi yang lo janjikan. Semoga lo gak lupa, kalau keluarga gue lah yang membiayai lo buat masuk di sekolah tentara itu."

"Ba-baiklah. Tapi lo mau gue lakukan apa?"

"Datang kesini! Gue mau jelasin secara langsung. Fast! Oh ya, bawa perlengkapan terbaik lo juga!"

"Hm, sekarang gue berangkat."

"Bagus!" Ditutupnya telpon itu dengan satu sudut bibir terangkat.

***

"Sandra tunggu!" teriak seseorang membuat Sandra menghentikan langkahnya dan berbalik. Rifal dan Mahes kini berjalan ke arahnya.

"Sudah selesai latihannya?" tanya Mahes sambil membelai rambut Sandra.

"Sudah selesai, Yah. Bagaimana kabar kalian? Wah, Sandra bener-bener kangen nih. Pasti rumah sepi kan gak ada Sandra?" tanya Sandra dengan sangat pede buat ayah dan kakaknya tertawa kecil.

Rifal mencubit pipi Sandra, "Tapi telinga kakak terasa damai karena gak ada yang berisik!"

Sandra memanyunkan bibirnya dan memutar bola mata kesal. Rifal malah tambah gemas, tapi senyumnya pudar setelah itu ketika mengingat apa tujuan ayah dan dirinya menemui Sandra.

"Lihat tangan kamu!" Rifal menarik pelan lalu melihat bagian sikunya, bekas luka itu kini terlihat jelas. Mahes dan Rifal saling tatap lalu memandang Sandra bersamaan dengan tatapan khawatir dan serius.

"Apa yang terjadi, Sandra?"

"A-apa?"

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa kamu mengalami sesuatu yang buruk, San?" ulang Mahes.

"Oh luka ini, se-sebenarnya ini luka kecil kok, cuma ter--

"Sandra berhenti berbohong." potong Rifal, "Kita tau dari pak Wahyu, kau jatuh ke jurang. Tapi kenapa tidak ada yang mengabari hal sebesar itu?" tegas Rifal khawatir dan marah.

Sandra merunduk sejenak dan memejamkan mata.

Mahes mengusap puncak kepala putrinya itu dan bertanya dengan lembut, "Katakan apa yang terjadi sebenarnya."

Sandra mendongak, "Maafkan Sandra, sebenarnya ini bukan salah mereka, Sandra lah yang melarang mereka buat ngasih kabar Ayah dan Kakak. Lagian sekarang Sandra sudah baik-baik saja kan?" ucapnya dengan senyuman ceria.

"Kenapa kamu selalu saja seperti ini Sandra?" tegas Mahes lalu memejamkan mata mengontrol diri. Ia menatap Sandra dengan sayu, "Apa kakakmu itu, Fano, tidak peduli?" tanyanya dengan suara berat.

"Tidak, Ayah. Itu tidak benar. Kalian tau? Jika kak Fano tidak menyelamatkan Sandra waktu itu, Sandra tidak akan ada disini."

Mahes dan Rifal terkejut sekaligus senang. Mata Mahes berkaca-kaca tidak percaya.

"Benar, Sandra jatuh ke jurang yang cukup dalam. Tapi kak Fano yang menemukan Sandra pertama kali dan menyelamatkan Sandra."

"Bukan seperti itu yang sebenarnya." sahut seseorang dengan suara baritonnya. Rifal, Mahes, dan Sandra menoleh. Tanpa mereka sadari, Fano sudah ada disini sejak tadi. Pria itu berjalan mendekat.

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang