"Bi, Jika ayah nanti cari saya. Bilang saya pergi ke toko roti sebentar."
"Baiklah, Den."
Fano mengambil jaketnya di sofa, dan juga kunci motor diatas meja. Jam masih menununjukkan pukul 12 siang, toko roti itu pasti belum tutup. Fano akan membeli brownis kesukaan Sandra yang hanya tersedia di toko tersebut. Fano baru tau hal ini dari Rifal tadi pagi. Ketika Fano akan berjalan ke garasi, kakinya berhenti melihat 2 orang baru turun dari motor, berdiri tidak jauh darinya. Itu Dava dan Rachel.
Fano menunjukkan senyum tipisnya lalu berjalan mendekati mereka. "Kalian mau jenguk Sandra?"
Pertanyaan dan nada bicara dari mulut Fano membuat Dava dan Rachel saling tatap sesaat. Rachel kemudian mengalihkan pandangan melihat sekitar, Walau dia berubah, tetap saja dia masih bodoh karena masih percaya dengan Lola.
"Ya. Gue dengar Sandra sudah siuman."
"Benar, silahkan masuk."
Dava tersenyum tipis. Sulit dipercaya, pria didepannya ini adalah Fano. Tapi Dava turut bahagia, pasti Sandra sangat senang.
"Dav, gue masuk dulu." Ucap Rachel lalu berjalan melewati Fano.
Fano melihat kebelakang Dava, tak ada siapa-siapa lagi. "Lo cuma sama Rachel?" tanyanya pada Dava. Di belakang, kaki Rachel baru saja akan melewati pintu, tapi diurungkannya karena mendengar pertanyaan Fano.
Ia berbalik dan menjawabnya, "Ya. Lo bener, Kak. Kita cuma berdua. Kenapa?"
Fano mengernyit sesaat lalu berbalik menatap sumber suara itu. Rachel sedang tersenyum miring padanya.
"Lo cari Diva ya?" tanya Rachel lantang dengan tertawa kecil, tapi sedetik kemudian tatapannya jadi sinis dengan suara lebih rendah dan tajam. "Kenapa tidak cari Lola saja?!" kemudian berbalik dan melangkah masuk kedalam.
Diva memang sudah bercerita hanya pada Dava dan Rachel. Tapi Dava masih bisa pengertian jika Fano masih percaya pada Lola. Sandra sudah mengatakannya dulu, bahwa Fano sudah menganggap Lola sebagai adik kandungnya sendiri karena dari kecil, Fano dan Lola selalu bersama. Hanya saja, Fano masih tidak bisa melihat fakta ini karena kasih sayangnya itu.
"Oh ya, ini surat lo, Kak!"
"Apa?" Fano berbalik menghadap Dava sepenuhnya. Tersenyum kecil lalu maju menepuk pundak Dava dengan akrab. "Eh kita seumuran. Panggil gue Fano saja."
"Tapi tetap saja, lo adalah kakak kelas gue."
"Teladan sekali lo."
"Okelah." Dava tersenyum menyetujui. Ia mengambil surat pemberitauhan titipan Diva kemudian menyodorkannya pada Fano. "Ini, surat pemberitauhan piknik kedua."
Fano menerimanya, membacanya sedikit lalu melipatnya lagi. "Thanks."
"Hm. Gue masuk dulu!" Kemudian Dava masuk untuk menemui Sandra. Sedangkan Fano, masih menatap surat itu. Tanpa pikir panjang ia berjalan mendekati kotak sampah lalu melempar kertas itu kedalamnya dengan santai
"Bersama keluarga lebih baik daripada mengikutinya."
***
Lola yang baru keuar kamar langsung menunju dapur untuk mengambil beberapa makanan. Tapi dihentikannya saat baru menuruni tangga karena matanya menangkap sesuatu di ruang tamu. Seseorang yang tidak asing. Pria itu membuka penutup kepalanya lalu bersandar di sofa. Mata Lola serasa ingin meloncat. Ia berbelok tangga dan langsung berlari menuju dapur.
"Bi. Kenapa dia ada disini?" Tanya Lola kesal sambil berbisik. Tangannya sudah meremas rambutnya sendiri karena bingung.
"Maaf Non, tadi mas itu bilang kenal dekat dengan non dan katanya sudah ada janji sama Non. Jadi saya suruh masuk dan menunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
Teen FictionMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...