52. Lubuk Hati Terdalam✅

1.4K 80 24
                                    

Pertunjukan masih berlangsung. Setelah penampilan instrumen biola, ada jeda beberapa menit untuk istirahat. Penampilan selanjutnya akan segera di mulai, namun suara yang tembakan yang cukup keras mampu menyita konsentrasi semua orang. Suasana jadi semrawut karena takut. Beberapa orang mendekati sumber suara, terutama panitia, keamanan, atau yang bersangkutan. Sebenarnya kebanyakan orang akan beranjak meninggalkan bangku demi melihat apa yang terjadi, tetapi petugas keamanan segera menenangkannya. Hanya barisan depan-depan sudah yang sudah beranjak meninggalkan acara, termasuk Rifal, Mahes, dan Pak Wahyu.

Mereka tiba di sumber suara yang letaknya cukup jauh dari dibelakang panggung itu. Semuanya terkejut melihat insan yang kini berada pada pusat tanah ini.

"SANDRA!!!" teriak pria yang memeluk gadis bergaun biru muda tersebut. Mendengar nama itu, Rifal, Mahes, dan beberapa orang yang lainnya berlari mendekat. Sedangkan Dava, ia tak sengaja melihat seseorang berpakaian serba hitam sedang berlarimelewati semak-semak. Dava pun mengejar sosok itu diikuti penjaga keamanan dibelakangnya.

"Apa yang terjadi?!" suara Rifal menyusut, matanya membulat sempurna melihat Sandra tergelatak tak sadarkan diri diatas pangkuan dan dalam dekapan Fano. Bukan hanya Rifal, semuanya terkejut terutama Mahes.

"CEPAT PANGGIL AMBULANCE, SEKARANG!" tegas Pak Wahyu sembari menahan badan Mahes yang lemas melihat apa yang terjadi pada putrinya.

Mata Rifal yang sudah meneteskan air mata itu beralih menatap tajam pria yang menangis tragis memaksa Sandra untuk bangun.

"Sandra, kakak mohon bangun! Jangan tinggalkan-"

BRAK!

BUGH!

Rifal menonjok Fano cukup keras membuat pria itu sedikit terhunyung ke belakang. "APA YANG LO LAKUKAN, HAH?!" teriak Rifal penuh amarah, namun setelahnya ia berlutut lemas dengan menarik tubuh Sandra dari tangan Fano. "Jangan sentuh dia!"

Rifal menepuk pipi Sandra beberapa kali. "Kamu kenapa San? Kakak mohon buka matamu!"

"Cepat bawa dia, Rifal!" tegas Mahes namun dengan suara bergetar, ia tak sanggup melihat darah mengalir dari tubuh putrinya tersebut. Rifal segera membopong gadis dengan gaun mewah yang sudah berlumur darah.

"Biarkan aku ikut dengannya!" pinta Fano ketika Rifal baru memasukkan Sandra kedalam mobil ambulance. "Siapa lo, hah!?" Rifal memukul Fano lagi yang kali ini membuat pria itu terjatuh. Rifal dan Mahes segera

masuk mendampingi Sandra, setelahnya kendaraan itu melaju cepat.

"Ayo, kita menyusul, pakai mobil bapak saja." Ucap pak Wahyu lembut seakan mengerti perasaan Fano. Keduanya segera bergegas mengikuti mobil ambulance yang melaju cepat.

***

Tibalah mereka di Greendy Hospital. Suara ambulance yang baru tiba menyita pandangan orang-orang di sekitar. Tubuh Sandra yang lemas di pindah diatas ranjang yang dengan cepat di bawa keruang ICU.

"Maaf kalian harus tunggu diluar!" Ucap sang dokter yang langsung menutup pintu ICU dengan terburu. Semua lemas dan tegang dengan hati yang berdetak kencang dan hanya bisa berdoa agar Sandra selamat. "Ya Allah, selamatkan putriku...." Lirih Mahes yang duduk tak berdaya di kursi, sedamg Rifal berdiri di dekat pintu dan terus memandang ke dalam ruangan.

Derap langkah cepat yang semakin mendekat membuat Rifal menoleh. Didapatinya pria yang ia rasa menjadi penyebab Sandra terluka.

Fano mendekat pada pintu ICU, ia ingin melihat keadaan Sandra didalam sana, ia ingin dokter segera menyelamatkan gadis itu. Satu langkah lebih dekat, Rifal langsung melayangkan kepalannya pada wajah Fano membuat pria itu tersungkur cukup keras. Orang-orang yang sebelumnya duduk kini melihat ketegangan ini.

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang