48. Membaiknya Suatu Hubungan✅

1.8K 79 13
                                    

"WELCOME TO BUKIT WARINDIRNG!" teriak salah satu murid yang langsung diikuti oleh semua orang. Mereka baru sampai dan berdiri melihat dari paling atas betapa luasnya dan indahnya bukit ini.

"Wow, so amazing!" ujar Sandra pelan, Dava yang disampingnya manggut-manggut menyetujui ucapannya.

"Eh, lihat disana!" kata Dinda membuat Sandra dan Dava mengikuti jari telunjuknya, "Itu panggungnya kan?"

"Iya, itu panggungnya." jawab Dava.

Sandra yang berdiri diantara Dinda dan Dava terperangah melihat bagaimana panggung yang dari kejauhan begitu indah, sinarnya menyebar kemana-mana. "Wow, sangat megah."

"Besok lo diatas situ, akan terlihat seperti anak semut." Nada bicara Dava yang terdengar seperti mengejek membuat Sandra menoleh.

"Lo juga kali!" balasnya dengan tatapan sinis lalu kembali menatap kedepan.

Sebagian murid sudah berjalan dulu menuju panggung. Walau panggung itu sudah ada di bukit ini, untuk menempuhnya membutuhkan perjalanan yang tidak dekat.

"Kalau dilihat dari sini, panggung itu udah tertata rapi dan siap pakai. Tapi kenapa Pak Wahyu bilang kalau kita semua harus mempersiapkan sendiri?" tanya Sandra yang entah kepada siapa.

"Kita hanya mempersiapkan tenda untuk partisipan, dan tenda buat tidur." jawab Dava yang memang dibahas pada rapat kemarin.

"Oh gitu."

"Yaudah yok." Dava berjalan dulu dengan langkah santai sambil merasakan hawa sejuk di bukit ini.

"San, lo gimana?" tanya Dinda.

Sandra menoleh mengangkat kedua alisnya, "Eum, gimana apanya?"

"Kaki lo gak sakit di buat jalan kesana? Ini cukup jauh loh, San. Ditambah jalannya naik-turun." perkataan Dinda membuat Dava memelankan langkahnya.

"Dicoba aja. Kalau gue sambil lihat-lihat pemandangan ini gak akan kerasa nyerinya." Sandra tersenyum simpul meyakinkan, ia menyelipkan tangannya kesalah satu tangan Dinda dan menggandengnya, "Yaudah yok!"

Sekitar sepuluh menitan, Dava masih berjalan di depan Dinda dan Sandra. Tapi Dava tidak tau apakah mereka berdua masih berjalan jauh dibelakangnya atau sudah dekat. Tapi jelasnya Sandra pasti berjalan pelan dengan kakinya yang sedikit kaku. Dava melihat jauh kedepan, dan panggung itu masih belum terlihat lebih dekat. Alhasil ia berhenti berjalan kemudian berbalik menghampiri Sandra yang ternyata masih jauh dibelakangnya.

"Kenapa balik? Ada yang tertinggal?" tanya Sandra ketika Dava berhenti tepat di depannya.

"Ada."

"Apa? Yaudah ambil!" kata Sandra, tapi semenit kemudian Dava berjongkok dibawahnya membuat alisnya terangkat bingung.

"Benda yang tertinggal jatuh disini?" tanya Sandra dengan tampang bodohnya. Dinda langsung menoleh sambil melotot kecil melihat betapa lugunya ternyata si Cassandra.

"Eh, lo gak peka ya?!" bisik Dinda tapi Sandra masih mengernyitkan dahinya.

"Cepetan anjir, udah pegel lutut gue."

"Apa, Dav?"

Dava meneguk salivanya, ternyata Sandra masih belum tau apa maksutnya. Sebenarnya Dava gengsi mau mengatakannya, tapi mau bagaimana lagi, gadis dibelakangnya ini kadang juga sangat polos.

Dava menoleh sedikit kebelakang, "Cepetan naik." suruhnya dengan suara yang sudah dinetralkan sebelumnya.

"A-apa?" suara Sandra tiba-tiba mengecil dan sedikit tergagap. Tapi detik berikutnya ia sudah bisa mengubah suasana, "Haha, lo bercanda ya, Dav?" ucap Sandra dengan sedikir tawa, dan sekali lagi Dinda menutup wajahnya.

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang