Tangan Diva sudah membaik. Sekarang tangannya tidak lagi terbalut selendang medis. Dava dan Diva sedang berjalan beriringan keluar dari tempat parkir.
"Dav!"
"Hm?"
"Nanti gue pulang bareng Alan. Soalnya gue mau bareng Alan ke toko buku."
"Iya. Yaudah kalau gitu, gue nanti ke rumah Dimas mungkin sampai sore. Lo pulang aja sama Alan."
Dava melirik saudarinya sesaat."Div, beberapa hari ini lo gak dingin lagi. Faktor apa sampai lo bisa berubah hangat?!"
"Gue gak tau. Tapi, sejak gue kenal Rachel sama Sandra, gue jadi ngerasa beda."Diva tersenyum tipis. "Kalau gue ketemu Rachel dulu pertama kali, gue suka sama sifatnya. Gue masih belum kenal baik kalau sama Sandra. Tapi, sejak Rachel ceritain seorang Sandra yang sebenarnya, gue jadi tertegun dan gue merasa dia bisa jadi panutan gue!"
Dava berhenti dan menatap Diva yang juga menatapnya. "Panutan, kata Lo?!"
Diva mengangkat alis, "Iya, kenapa?"
Dava mendengus pelan, kemudian kembali berjalan.
"Cara dia dapetin seseorang salah! Dengan melakukan cara yang menurut gue lebai banget buat narik perhatian. Kayak bocah aja!" ucap Dava dan mengingat cara-cara Sandra buat dapetin cowok yang namanya Fano itu.
"Kenapa lo jadi bahas dapetin seseorang gitu sih, Dav. Menurut gue Sandra gak gitu. Dia baik. Gue suka sama karena dia pantang menyerah!" kata Diva sambil mengingat apa yang di katakan Rachel kemarin siang. "Gue tertegun sama kesabarannya. Lo tau? Dia punya masalah yang bes---"
"Hai Dava! Hai Diva!"
Lola memotong ucapan Diva. Ya, cewek itu jalan sendiri tadi dan menyapa riang keduanya.
"Hai!" balas Dava ramah, sedangkan Diva hanya tersenyum. Tersenyum kecut.
"Waah Alhamdulillah ya, Div. Tangan lo udah baikan!" ujar Lola dan Diva hanya tersenyum malas. Sok baik!
"Dav, nanti gue ke rumah lo, ya? Gue mau belajar bareng sama lo. 2 hari lagi kan mau ujian!"
"Jangan nanti, Lol. Gue nanti ada urusan sama Dimas sampai sore. Eh tapi kalau lo juga mau belajar sama Diva juga gapa--"
"WHAT!? Sorry, gue ada urusan nanti." potong Diva cepat buat Dava mengangkat alis menatapnya.
"Urusan apa?"
"Ke toko buku sama Alan mungkin sampai dini hari!" jelas Diva menaikkan suara.
Lola sempat menatap kesal Diva yang sepertinya tidak suka padanya. Detik kemudian dia mencoba tersenyum, "Yaudah gapapa!"
"Ke kelas bareng yuk!" ajak Lola tersenyum lebar menatap mereka berdua.
"Oh ya, makasih. Gue duluan aja!" tanggap Diva dingin dan langsung melangkah begitu aja buat Dava mengernyit aneh.
Gadis itu berjalan cepat sembari ngedumel pelan.
"Dava beneran kerasukan dah kayaknya. Apa tadi yang dia bilang? Sandra lebay? Katarak apa matanya? Udah jela-jelas yang narik perhatian dengan cara lebay itu Lola. Hadeh, bener-bener sandiwara!" Diva menggeleng pelan.
"Dasar perempuan licik!"
***
Bel istirahat berbunyi. Sandra berjalan sendirian melewati koridor yang cukup ramai. Rachel hari ini tidak masuk.
"Sandra!"
Sandra menoleh dan tersenyum pada Diva yang baru saja memanggilnya. Diva berlari kecil menghampiri Sandra.
![](https://img.wattpad.com/cover/132119218-288-k956958.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
Genç KurguMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...