Dava menepikan motornya karena benda pipih di sakunya terus saja berdering. Ia mengangkat telfon yang ternyata dari Alan.
"Ya? Kenapa, Lan?"
"Lo belum pulang?"
"Gue masih nanti pulang."
"Dokter yang ngontrol tangan Diva ke rumah. Dia lupa gak bawa obat pokoknya. Lo bisa kan beli di apotik sekarang? Gue gak bisa karena gue lagi di rumah bu Andin!"
"Ya tapi gue mau ke--"
"Ya ampun, seberapa penting apa kegiatan lo itu. Ayolah, Dav. Lo tau kan, Diva cuma tinggal beberapa tahap!"
"Iya gue tau." potong Dava cepat sebelum Alan yang diseberang sana kembali mengoceh.
Dava memutuskan hubungan secara sepihak lalu memasukkan kembali hp ke saku. Sedangkan Sandra turun dari motor membuat Dava menoleh ke belakang, "Ngapain lo turun?"
"Katanya lo mau beliin obat Diva."
"Lo ikut!"
"Gak deh. Lagian habis ini kan maghrib, pasti lo di cariin mama lo!"
"Loh bilang apa? Dicariin? Yang bener aja. Gue nih cowok!"
"Iya iya gue tau. Maksudnya cepetan beliin kasian Diva sama dokternya kasian lama nunggu."
Dava diam sejenak. "Lo mau kemana? Biar gue anter lalu gue ke apotik."
"Gak usah. Gue mau ketempat itu." Sandra menunjuk sebuah villa yang tidak cukup jauh dari tempatnya berdiri. Dava menyipitkan mata dan jelas ia lihat gerbang villa tersebut terdapat papan kayu yang bergambar tanda seru bewarna merah.
"Lo mau ketempat Angker itu?" heran Dava sedikit melotot dan di balas anggukan oleh Sandra.
"Gila lo ya? Lo tau senja udah muncul lo mau cari hantu disana?"
"Hantu apa sih? Tempat itu gak seperti yang lo kira. Masalah papan kayu itu ulahnya orang disekitar sini yang mengira kalau villa itu berhantu. Padahal enggak sama sekali." Jelas Sandra penuh keyainan.
"Lo kenal banyak tuh tempat?"
"Lebih dari banyak."
Dava hanya diam menatap Sandra lalu pada tempat itu. "Lo yakin tempat itu gak bahaya?"
"Kenapa? Lo khawatir?" Sandra tersenyum lebar dengan tatapan meneliti mata Dava.
"Ngapain gue khawatir sama cewek magel kayak lo. Yaudah pergi sana!" Dava membuat suaranya sesewot mungkin dan Sandra mengendorkan senyum jahilnya.
"Hm!"
Dava memasang kembali helmnya, menatap senja sebentar lalu menjalankan kembali motornya dengan sedikit ngebut.
"Gak usah kembali!" Teriak Sandra lalu berbalik.
Tanpa diketahuinya, Dava berhenti dan menoleh kebelakang. Pria itu melihatnya sampai Sandra memasuki gerbang villa dengan aman.
***
Sekitar dua bulan lamanya tempat peninggalan kakeknya tak terkunjungi. Entah kenapa bisa penduduk sekitar menganggap villa ini angker. Tapi ini juga salah satu ulah Sandra sendiri memberi papan kayu bertanda seru di gerbang. Ia tak ingin seorang pun masuk ke villa ini.
Dari luar memang terlihat sangat menyeramkan. Berbeda jauh dengan keadaan di dalamnya. Bangunan villanya memang sangat tua, bahkan sejak kematian kakek Sandra, rumah villanya terkunci. Sampai saat ini ia tak tau keberadaan kuncinya. Jadi, saat berkunjung ke villa ini, Sandra hanya berkeliling ke halaman yang cukup luas. Taman yang paling indah terdapat di belakang bangunan tua itu sehingga tak terlihat dari jalan. Ada sungai yang masih mengalir dan ajaibnya sangat jernih dengan rerumputan hijau segar di tepinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
Ficção AdolescenteMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...