16. Amarah dan Salah Faham✅

1.8K 70 1
                                    

Bisa Diva lihat, cowok di depannya sangat marah. Rahangnya bergetar dengan mata memerah. Mulut Diva tak sanggup untuk berkata. Rasa sakit di tangan kirinya terasa begitu sakit membuat ia tak bisa berkata sepatah kata pun pada cowok di depannya itu.

Mata Diva terpejam menahan rasa yang semakin menjadi-jadi.
Fano semakin tidak terkendali dengan amarah yang sudah berada di titik puncak ini. Sedang di hati Diva berharap ada seseorang lewat dan menolongnya.

Tiba-tiba Diva merasakan sesuatu di dalam tangan kirinya. Serasa benjolan yang ada di dalamnya teriris. Tubuh Diva terasa lemah. Bahunya merosot dan air mata yang lepas begitu saja.
Fano yang tadinya menggerakkan alisnya keatas tiba-tiba menurun karena melihat Divalika yang tiba-tiba mengeluarkan air mata. Matanya mengarah pada tangan yang ia cengkam itu jarinya bergetar. Fano langsung merenggangkan cengkaman tangannya pada kedua tangan Diva.

Suara tangisan Diva mulai terdengar.
Hendak saja Fano melepaskan tangan Diva, tiba-tiba ia terhempas dengan tangan Diva yang lepas dengan sendirinya.

Bruk

Diva langsung merosot sambil memegangi tangan kirinya. Diva melihat Dava yang  datang dan langsung memukul cowok itu sehingga tangannya bisa lepas dari cengkamannya.

Fano menyeka darah yang mengalir di ujung bibirnya karena sebuah tonjokan yang datang tiba-tiba. Fano yang tersungkur mencoba untuk bangun dan melihat siapa orang yang memukulnya.

Namun sebuah tonjokan menghantam pipinya lagi membuat ia kembali tersungkur.

"LO APAIN  DIA?"
Dava melangkahi tubuh pria itu dan menghantamkan tangannya secara berulang-ulang  ke arah wajah pria yang telah membuat saudara kembarnya kesakitan. Dava benar-benar kalap saat ini.

Fano membalas pukulan Dava. Sekarang keduanya berkelahi dengan tingkat amarah yang sama-sama ada di puncaknya. Sedang, Diva menangis memegangi tangan kirinya yang sudah mulai berwarna biru dan masih terduduk dilantai. Yang ia dengar saat ini hanyalah suara perkelahian antara Dava dan pria tadi. Diva harap ada seseorang yang lewat dan bisa memisahkan keduanya karena dirinya tidak mampu melakukan apa-apa.

***

Raut muka siswi yang sudah memakai baju olahraga itu semakin kesal. Ia mencari keberadaan atasannya. Meskipun itu, jika ia menemukan Dava sama sekali tak ada perubahan. Sudah di pastikan ia akan terkena hukum karena terlambat ke lapangan untuk olahraga.

"Ya ampun, mana sih Dava ini?" Gerutunya sambil terus mencari keberadaan Dava.

Sebelum keluar dari kelas tadi, Sandra sempat mendapat pesan dari Dava bahwa ia tidak boleh ke lapangan tanpa atasan. Dan jika Sandra pergi dulu akan ditambah hari menjadi asistennya.

Langkah Sandra terhenti saat mendengar suara hantaman. Sandra menoleh ke arah kiri dan terkejut karena ada Dava di sana yang sedang memukuli Fano. Ia juga melihat Diva terduduk di lantai dengan menangis.
Sandra berlari menuju perkelahian tersebut.

"DAV! CUKUP!" teriak Sandra sambil menarik bahu Dava dan kemudian menariknya menjauh dari Fano.

"CUKUP, DAV! CUKUP!"
Sandra terus berteriak. Dava mengusap darah yang keluar di ujung bibirnya setelah itu menatap Sandra  dengan senyum sinisnya.

"Bagus! Sekarang lo ada disini!" Ucap Dava penugh penekanan.

"Lo tau? PACAR LO UDAH NYAKITIN DIVA!"

Sandra mengernyit bingung. "Pacar?"

"Ya! Lo pikir gue gak tau? URUS PACAR LO ITU!" Dava benar-benar marah, "Bilang gak usah kasar sama cewek?"

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang