"Davaaa!"
Walau earphone menyumpal telinganya, teriakan kembarannnya ini masih terdengar keras. Dava yang bersenderan melepas benda itu dan menoleh mendapati Diva yang berlari kearahnya dengan wajah sumringah.
"Ya ampun, Div! Ingat ini sekolah. Sejak kapan lo jadi kayak gini?" Ya bagaimana tidak heran saja. Tapi ia juga senang. Diva yang dulu selalu murung sekarang jadi sedikit ceria dan terbuka sejak ia mengenal Cassandra dan Rachel.
"Dava lo tau enggak?! Arggh.... pokoknya gue seneng banget!"
Diva menarik tangan Dava membuat pria itu berdiri. Dengan cepat Diva melingkarkan tangannya di leher Dava yang lebih tinggi darinya. Gadis itu kegirangan dan berputar-putar membuat Dava terpaksa ikut mengikuti gerakannya.
"Hey, bahaya, bahaya tangan lo. Woy tangan lo ati-ati!" Ucap Dava panik ketika Diva bergerak seperti itu lupa jika keadaan tangan kirinya tidak baik-baik saja.
Diva melepaskan pelukannya membuat Dava bernafas dengan lega.
"Dava, lo tau? Gue masuk daftar murid yang ikut Piknik Bestari!" Ucap Diva sedikit histeris. Ya untung saja ini bukan di depan Perpustakaan, Ruang guru, ataupun UKS. Ini koridor yang cukup sepi. Walau hanya ada beberapa murid saja tapi mereka pada menoleh.
Dava memutar bola mata malas, "Lo tau dari mana?"
"Lo gak tau? Udah ada pengungumannya di mading. Gue seneng banget bisa masuk daftar disana."
"Iya, iya. Gue tau! Gue tau lo pinter maka dari itu lo manas-manasin gue kan? Iya gue percaya lo bisa ngikut Piknik itu ya karena lo itu pinter dan gue gak bakal di masukin daftar karena gue bego!"
Diva memutar bola matanya, "Ya ampuun, bentar dulu. Gue mau ngomong. Elo juga masuk daftar Kak Davaaa!"
"Eh, eh tunggu. Lo manggil gue apa? 'Kak' ....?"
"Iya walau lo kembaran gue yang nyebelinnya sedunia tapi lo lahir duluan kan? Berarti lo abang gue. Cukup hari ini aja gue panggil lo Kakak karena hati gue lagi berbunga-bunga. Oke?! Jadi lo jangan protes, Kak!!"
Jari telunjuk Dava menoyor kecil dahi Diva. "Ya berarti itu seenak jidat lo ini!"
"Yaudah, Kak, btw kenapa lo biasa aja sih denger kalau lo masuk daftar ikut piknik itu? Padahal yang lainnya itu seneng banget, Kak. Kalau masalah piknik bestari itu yang cowok aja pada rempong kalau mereka masuk daftar."
"Karena gue merasa omongan lo itu bohong. Mana mungkin gue bisa masuk pikniknya anak prestasi?"
"Dava! Eh, maksudnya Kak Dava, percaya sama gue! Elo itu masuk. Gue gak bohong."
Dava meneliti mata Diva. Ia diam sebentar berfikir. "Lo yakin?"
"Serius. Seratus rius!"
"Berarti gue mulai pinter, nih!" Ujar Dava yang akhirnya percaya. Ia tersenyum lebar bersama Diva.
"Gue kasi tau ya, Gue satu regu sama Rachel juga Alan!" Kata Diva masih kegirangan.
"Iya gue percaya mereka bakal masuk daftar. Yang gak gue percayai ini gue kenapa bisa masuk kebegituan?!"
"Mungkin, gara-gara lo sering deket sama Cassandra. Dia kan pinter dan nular ke elo gitu," Jawab Diva tanpa dosa, "Kak Dav, ada kabar baik lagi. Elo satu regu sama Cassandra!"
Garis wajah Dava langsung berubah. Yang sebelumnya berseri sekarang sudah dingin dengan melempar tatapan horor ke saudarinya ini. Dava mengambil earphone dan Hpnya di kursi lalu memasukkanya ke saku seragamnya.
Tapi melihatnya Diva langsung terbahak. "Lo kenapa sih? Lucu banget tau gak wajah lo. Dari berseri langsung cuek! Haha, konyol amat dah!"
Diva melirik Dava yang masih menatap wajahnya dingin seratus persen. Kini wajah mereka seperti tertukar saja. Biasanya Diva yang cuek-bebek dan Dava yang tengil. Tapi kadang-kadang keduanya seperti bertukar expresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
Teen FictionMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...