53. Party✅

1.5K 83 29
                                    

Tak seperti biasa, dimana saat adiknya bermain, Beki selalu turut ikut menjadi lawannya, sampai-sampai kedua orang tua mereka tidak bisa membedakan mana kakaknya mana adiknya. Sore ini, Player Room yang dipenuhi benda-benda game, tidak seheboh biasanya. Hanya Sony yang terus bersuara, sedangkan Beki hanya melihatnya duduk di sofa tanpa semangat.

"Kak, Ayo main! Gak seru kalo Sony main sendiri." Rengek bocah berumur 8 tahun itu. Sudah berapa kali ia merengek hal yang sama. Dan Beki selalu menjawab,

"Males, Son. Main sendiri sono!"

Sony meletakkan sticknya lalu berputar badan menghadap pada Beki di belakangnya. "Kak, temen Kakak yang biasanya beliin Sony es krim itu siapa?"

Sesaat kedua alis Beki bertaut. "Fano?" garis wajahnya langsung berubah seketika mengingat pesan Cassandra malam hari itu di bukit Warinding. Gadis itu memohon dengan serius agar ulang tahun Fano dirayakan kali ini. Dan besok adalah 17 November-ulang tahun Fano.

"Nah, iya itu, kak Fano. Ajak dia kesini! Son mau main sama dia aja."

Bukannya menjawab, Beki malah terkesiap bangkit dari sandran mau beranjak keluar.

"KAKAAAAAK!" kesal Son merasa mendapat kacang.

"Diam lu nyet!" Beki reflek kesal, kaget dengan teriakan Son disaat dirinya banyak pikiran. Sadar tak baik memanggil adiknya seperti itu, Beki langsung membuang nafas beratnya. Memang, setelah kejadian itu, pikirannya sudah berkecamuk pada keluarga Fano.

"Son, sekarang kak Fano masih sibuk. Jadi, Son main sendiri aja dulu, oke?!" ucap Beki dengan kelembutan yang menahan emosi. Kemudian pergi meninggalkan Sony dengan bibir manyunya. Tapi jika Sony tidak bertanya tadi, mungkin Beki akan melupakan apa pesan Cassandra.

Beki pergi ke ruang tengah untuk mengambil ponselnya yang tergeletak sembarang di sofa. Dicariny a kontak dengan nama 'Ciko'.

"Halo, Ko. Lo dim--?"

"Buka pintu gih!" potong Ciko di seberang sana. Beki menatap pintu rumahnya sekilas lalu bergegas membukanya. Keduanya saling bertatap kemudian memutuskan hubungan di telfon bersamaan.

"Gue kesini mau ngajak lo kerumah sakit, jenguk Sandra." Ucap Ciko yang langsung masuk dan duduk di sofa depan televisi. Memang Beki sudah seperti rumah sendiri untuk Ciko. Begitupun sebaliknya.

"Cepet dandan sana!" lanjut Ciko denga nada meledek.

"Pala lu peyang." Cibir Beki tak terima, kesannya dia seperti cewek saja harus dandan terlebih dahulu. Ia kemudian duduk di sofa, raut wajahnya kembali serius.

"Ko, lo inget kunci apartemen Fano dulu?"

Ciko berfikir sejenak, kemudian mengangguk. "Masih ada di gue. Kenapa tiba-tiba nanya itu?"

"Masih ada? Serius lo nying?" Beki malah balik bertanya.

"Hm."

"Bagus."

"Mau lo apain?"

Beki berdehem, "Lo lupa besok taggal berapa?"

Ciko yang berwajah santai, setelahnya langsung melotot kecil. "Ulang tahun Fano, NJIR!"

"Nah! Lo hampir lupa juga ternyata."

"Gimana gue mau inget, tuh bocah paling benci kalau ultahnya kita rayain. Jangankan dirayain, orang ngucapin HBD aja dia kacangin." Cerocos Ciko yang fakta bukan mitos.

"Tapi kali ini harus kita rayain."

Mendengar jawaban itu, Ciko tak menjawab dan hanya menunjukkan expresi yang berkata,"Ngayal!"

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang