25. Kehangatan dan Kedinginan✅

1.7K 79 8
                                    


Sandra masih melamun di depan gerbang rumahnya. Tak menyangka bahwa ayahnya akan memukul Fano sekejam itu. Ia sadar, ini semua karena dirinya sendiri. Didalam taxi tadi, Rachel mengiriminya pesan suara yang membuatnya tercengang hebat

"San, maaf. Gue yang kasih tau Om Mahes kalau Fano selalu memberhentiin lo selama berangkat bareng. Sorry San, gue terpaksa!"

Sandra sudah mengira bahwa Fano akan dipukuli seperti itu karena dirinya. Ia tak perlu menyalahkan Rachel dalam hal ini. Ia faham mengapa Rachel terpaksa mengatakannya.

Sandra masuk ke rumah berniat memberi salam tapi keadaan di rumah sangat sunyi tak ada siapapun.

"Ayah? Kak Rifal?"

Tak ada jawaban. Sandra memegang pagar tangga, masih menyoroti mata ke semua sudut ruang.

"Bi? Pak Deni?" panggil Sandra pada asisten rumah tangga di rumah ini. Tapi masih tetap sama keadaan hening.

Sandra menghela nafas kemudian beranjak kekamarnya untuk mandi dan mengganti pakaiannya.

Setelah cukup lama akhirnya Sandra sudah bersiap diri dan buru-buru turun mungkin orang rumah sudah pulang. Dan benar saja ada suara sesuatu dari bawah saat Sandra baru membuka pintu kamar. Ia buru-buru keluar dan menuruni tangga dengan cepat.

"Bi?" Sandra melihat wanita setengah baya itu di ruang tamu baru datang dari luar masih memegang anting sayur.

"Eh yaampun, Neng?!" kata wanita itu histeris buat Sandra mendekat. "Neng dari mana atuh seharian gak pulang? Neng, sekarang cepetan ke rumah sakit--"

"Rumah Sakit?!" potong Sandra, kaget. "Siapa yang di rumah sakit?"

"Ayahnya Neng di bawa ke rumah sakit dari tadi malam!"

"Apa?!"

***

Melihat disana kakak tertuanya duduk dengan kedua tangan menumpu dahinya yang tertunduk, Sandra berlari dengan air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya. Di samping Rifal juga ada Adel yang tak lain adalah tunangan Rifal. Adel sedang memegang bahu pria itu dan mengelus-ngelusnya lembut.

"KAK!"

Adel melihat Sandra yang berlari mendekat. Rifal juga mengangkat kepala menoleh ke adiknya yang satu hari membuat keluarga khawatir.

"Kak, Ayah kenapa? Kak Rifal? Jawab Sandra Ayah kenapa?" tanya Sandra panik.

Rifal diam memandang tajam adiknya itu. Ia berdiri membuat Sandra mendongak dan termundur kecil. Adel juga ikut berdiri karena berfirasat tidak enak dengan tatapan Rifal barusan.

"K-kak, Sandra minta maaf, Kak. Sandra bisa jelasin nanti, tapi jawab dulu ayah ke--"

PLAK!

"YAAMPUN, RIFAL!" Adel berteriak ikut terkejut melihat Rifal yang menampar keras Sandra. Para pengunjung rumah sakit pun sekarang menatap ke arah mereka.

Pertama kali tangan besar milik Rifaldi melayang keras ke pipinya. Rambut Sandra yang tergerai menutupi sebagian wajahnya yang tertoleh ke samping. Tangannya masih memegang pipi itu dengan gemetar. Sandra mengangkat kepala perlahan. Bulir-bulir air mata mengalir di pipinya. Ia mendongak menatap Rifal tidak percaya. Hatinya sangat perih.

Rahang Rifal bergetar. Pipinya merah padam. Mata yang kini melotot itu bewarna merah dan berkaca-kaca.

Adel yang di sampingnya menatap Sandra di depannya kemudian ke pria itu lagi,"Ya Allah, Rifal. Sabar!" Ucapnya tapi tak masuk ke telinga Rifal.

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang