"SEKARANG!" suara Mahes melengking di halaman depan rumahnya, "BAGAIMANAPUN KALIAN HARUS MENEMUKAN FANO DAN CASSANDRA!" Ini adalah pertama kali Mahes memarahi para petugas keamanan di rumahnya. Ia terkenal dengan pria yang tidak pernah memarahi anak-anak buahnya dan selalu berbuat baik.
Tapi keempat pria bertubuh kekar yang merupakan security keluarga Risalnodi tidak sakit hati di bentak Mahes seperti itu. Mereka menyadari dengan situasi dimana tuan mereka sedang kehilangan 2 anaknya. Mereka segera bergegas dan mengendarai masing-masing motor mereka.
Mahes mengontrol nafasnya. Wajahnya sudah tak bisa diartikan ekpresinya. Antara menyesal, marah dan khawatir. Rifal dan juga dirinya sudah mengelilingi kota ini mencari keberadaan Fano dan Cassandra semalaman. Bisa saja Mahes meminta bantuan polisi, namun Arman-orang terpercaya Mahes di perusahaan menyarankan agar tidak melakukannya. Karena jika tidak wartawan akan berdatangan dan bertanya banyak hal. Lambat laun wartawan akan mengetahui jika Cassandra adalah anak dari Mahes dan selingkuhannya. Ini akan merusak reputasi keluarga Risalnodi dan juga perusahaan-perusahaannya. Sebenarnya Mahes sudah tidak peduli akan reputasinya. Namun banyak yang melarangnya melapor ke polisi dan akhirnya hanya dia, Rifal dan para pengawal yang bertindak.
Mahes akan melangkah masuk namun di hentikannya saat ponselnya berdering.
"Halo, Siapa?" angkat Mahes.
"Maaf, , m, ini saya Rachel."
Mahes menghembuskan nafas serta memejamkan mata sejenak mencoba mengontrol dirinya. "Iya Nak, ada apa?"
".............................."
"Ya sudah, Nak. Om akan kesana. Trimakasih ya, Nak Rachel!" ujar Mahes setelah beberapa saat tercengang sekaligus lega mendengar apa yang dikatakan Rachel
***
Rifal masih mengemudikan mobilnya. Ia sudah berada di luar kota. Sebenarnya ini bukan rencana melainkan tidak sadar ia sudah mengemudi sampai sejauh ini. Pikiran Rifal sudah kacau serta terus berdoa dimanapun kedua adiknya saat ini semoga mereka baik-baik saja.
Saat ini Rifal entah ada di jalan mana. Jalan sepi yang bukan di daerah perumahan melainkan jalan di antara dua hutan pinus. Ia hanya tau kota ini tapi ia tak begitu mengenal baik jalur jalannya. Dari tampang-tampangnya, jalan ini dibuat khusus untuk pejalan kaki dan juga jalur olahraga. Ini masih subuh sehingga masih belum ada yang olahraga. Rifal menghentikan mobil jeep nya, ia hendak akan memutar balik mobilnya. Tapi ia melihat sesuatu di depan sana dan Rifal tak jadi memutar balik.
Rifal memicingkan matanya namun sesaat kemudian matanya melebar. Dapat terlihat jelas bahwa itu adalah Fano yang duduk di tepi jalan. Rifal melajukan mobilnya sampai dekat Fano. Setelah itu ia turun dan menghampiri Fano yang seluruh badannya basah karena air hujan tadi malam.
"Fan!" ucap Rifal khawatir sambil menepuk-nepuk pipi Fano.
"Fano, bangun!" Rifal masih berusaha membangunkan Fano. Rifal bingung harus berbuat apa. Disini tidak ada rumah bahkan orang sekalipun. "Fan, bangun Fan!"
Tak lama kemudian Fano membuka mata. Pria itu tidak pingsan melainkan tertidur. Dengan tak sadar, Rifal menyentuh dahi Fano tapi dengan cepat Fano menepisnya sambil melempar tatapan tidak suka. Rifal dengan terpaksa menurunkan tangannya lagi. Jujur saja, ia tidak tega dengan keadaan Fano yang kacau. Ia tau bagaimana perasaan Fano setelah menerima kenyataan itu.
"Ngapain lo disini? Lo lihat keadaan lo sekarang!" tegur Rifal tapi Fano malah membuang muka acuh.
"Fan, lo tau seberapa khawatirnya orang rumah--"
"Udah, stop!" potong Fano cepat sambil menoleh ke Rifal, "Udahlah kak, gak usa ngarang cerita tentang kekhawatiran." Fano menekankan semua kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
Teen FictionMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...