18. Feeling

1.8K 75 10
                                    

Rachel baru saja memarkirkan motornya. Pak Indra, tukang parkir di sekolahnya memberi tempat motor Rachel di sebelah mobil Fano. Pria itu keluar dari mobilnya, cuma berlangsung 3 detik mata Rachel dan Fano bertemu. Tatapan yang sama sekali tak akrab. Tak lama setelah itu, Fano berlalu memasuki halaman sekolah. Rachel mendengus kecil menatap punggung pria itu yang semakin jauh.

Bumi, musnahkanlah manusia macam dia agar sahabatku bahagia!

Rachel berpuisi dalam hati dengan perasaan kesal. Ia selau bertanya-tanya, kapan Sandra bahagia? Hanya waktu yang bisa menjawab. Rachel menghela nafas sebentar kemudian memutuskan untuk pergi ke kelasnya. Namun, baru saja kakinya akan melangkah, kedua matanya tak sengaja menangkap gadis yang baru saja ia fikirkan barusan. Dilihatnya gadis itu tampak mengatur nafasnya di dekat gerbang menuju tempat parkir.

"Sandra lari lagi?"

Sudah 3 hari Sandra selalu datang ke sekolah dengan penampilan awut-awutan. Rachel masih diam karena ia berfikir mungkin Sandra butuh waktu. Tapi sekarang ia sudah melihat dengan kedua matanya sendiri. Rachel menatap punggung Fano yang sudah sangat jauh di depannya, setelah itu pada Sandra lagi yang masih mengatur nafas di depan gerbang.

Rasa curiga mulai mengelilingi pikiran Rachel.

"San!"

Gadis berambut pirang itu menoleh dan terkejut. Apa mungkin Rachel melihatnya habis lari? Tidak, ia harap tidak.

Sandra mencoba memasang wajah biasa saja, menutupi rasa lelahnya dan berjalan menuju Rachel.

"Yuk!" Rachel mengajak Sandra masuk. Ia berfikir akan menanyakan hal ini nanti. Kabarnya hari ini tak ada pelajaran sama sekali, karena para guru memusyawarakan tentang UKK yang akan datang.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, mereka berdua diam. Sandra yang biasanya membuka percakapan di pagi hari sekarang diam. Jika ia berbicara mungkin nafasnya masih ngos-ngosan. Sandra harap Rachel tidak melihatnya habis berlari.

Sandra menghentikan langkahnya di depan 10 IPA 3 yang membuat Rachel ikut berhenti. "Kenapa berhenti?"

Yang ditanya masih diam menatap 2 saudara yang sedang ada di depan 10 IPA 1.

"Ra, itu Dava sama Diva kan?"

Rachel mengikuti arah pandang Sandra kemudian mengagguk.

"Loh, itu kenapa tangan Diva di gendong kayak gitu?" tanyanya melihat tangan kiri Diva.

Pertanyaan Rachel tampaknya tak masuk pada telinga Sandra. Gadis itu sudah berlari ke Dava dan Diva kemudian Rachel mengikutinya.

"Ingat ucapan Dokter Andin, Div! Lo jangan sampai cer--"

"Diva!"

Kaduanya menoleh ke sumber suara. Dava langsung kembali menatap Diva setelah tau bahwa Sandra sedang berlari ke arahnya.

"Diva, gimana tangan lo? Udah baikan?" tanya Sandra.

"Kenapa tangan lo, Div?" tanya Rachel pula.

"Enggak, gak papa. Cuma kesleo. Udah baikan kok."

Sandra menghela nafas lega mendengarnya. Ia menatap Dava yang tak menoleh sedikitpun dari tadi. Arah pandangnya kemudian beralih pada seseorang yang memakai jaket hitam, menampakkan setengah badannya di balik tembok aula. Siswa itu sengaja menarik tudung kepala pada jaketnya sampai setengah matanya.

Meski orang lain tak mengenalinya, tapi Sandra tau siapa orang itu. Gadis itu menyipitkan matanya memastikan, dan benar, itu Fano.

Sedang apa dia? Kenapa Fano seperti memata-matai mereka? Apa Fano melihat keadaan Diva?

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang