39. Sadar✅

1.8K 68 0
                                    

Matahari masih belum terlihat sepenuhnya. Tak seperti biasanya, Sandra sekarang sudah rapi dengan seragam yang tertutup jas bewarna biru dongker, rambut pirang yang di kepang satu dan menyisahkan satu dua helai rambut di dekat telinganya. Ia mengambil tas di tepi kasur lalu menentengnya.

Belum setengah pintu terbuka, Sandra menghentikan kakinya. Ia menipiskan bibir, dengan hembusan nafas nan mata terpejam sesaat. Sandra akan memulai lagi kehidupan yang seperti sebelum-sebelumnya mulai hari ini.

Mengingat hari yang lalu, Sandra berperilaku sangat pendiam, bahkan tak mengangkat kedua sudut bibir sama sekali. Sering melamun, dan mengurung diri di kamar. Tapi, semua itu akan dihapus sendiri oleh Sandra. Gadis itu sadar, bagaimanapun ia tidak harus selalu menuruti egonya, terutama pada sang ayah. Mahes meminta maaf dengan tulus, sekarang Sandra pun akan menerimanya dengan tulus.

Satu hembusan nafas lagi, kemudian Sandra melangkah keluar dengan wajah seriang mungkin. Ia menuruni anak tangga sambil melihat sekeliling rumah. Terlihat disana, Rifal yang sudah duduk di kursi makan, lalu datanglah Mahes yang memakai jas kantornya baru saja duduk di kursi.

"Rifal, kata kamu Adel kemarin sakit, sekarang gimana keadaannya?"

"Udah baikan, Yah, ini saya mau jemput dia."

"Mau kemana?"

"Ke studio. Ada pemotretan hari ini, kebetulan Adel dipasangkan sama Rifal." kata Rifal semangat.

Baru saja Mahes membuka mulut untuk memberi ucapan selamat kepada Rifal, suara lain mendahului,

"Wah, selamat ya, Kak!" Seru Sandra sambil merangkul pundak Rifal sebentar kemudian duduk di dekat kursinya.

Keadaan jadi diam. Pandangan mata tertuju pada Cassandra. Mahes serta Rifal tak berucap sama sekali. Mereka mulai melihat sikap ceria Sandra yang tampaknya sudah kembali pagi ini.

"Pasti nanti majalahnya banyak di sukai dan daya tariknya akan besar kalau kak Rifal sama kak Adel yang jadi modelnya. Cocok dah pokoknya! " ucap Sandra sumringah, "Sandra benar kan, Yah?"

Hening.

"Kenapa diam sih?" Sandra menatap ayahnya dan kakaknya bergantian.

"Enggak, Nak. Kami senang kamu sudah kembali. " ucap Mahes serius sambil tersenyum. "San, kamu sudah maafkan ayah? "

Sandra diam sejenak, setelah itu tersenyum tulus. Hal itu membuat Mahes sangat bersyukur, ia tersenyum begitupun Rifal.

"Sandra yang minta maaf sama kalian semua. Beberapa hari lalu Sandra sudah merepotkan kalian. "

"Enggak, Sandra. Kamu tidak merepotkan kami sama sekali. Kamu tidak perlu minta maaf, jangan buat ayah semakin bersalah. "

"Tapi--"

"Sudah, Sandra. Jangan berkata apa-apa lagi, kami sudah sangat senang." potong Rifal mencegah pembicaraan ini makin berlanjut, "Yaudah ayok buruan sarapan."

"Eaa, buru-buru aja nih Kakak. Udah gak sabar ketemu kak Adel ya?" goda Sandra lalu disusul tawa kecilnya.

Rifal mengacak rambut Sandra, "Ngapain? Kan setiap hari udah ketemu. "

"Kak, rambut Sandra udah rapi ih!"

"Iya-iya. Nah itu makanannya udah datang." ujar Rifal ketika salah satu pelayan menghampiri meja makan dengan membawa beberapa makanan.

Rifal dan Mahes mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan lauk pauknya. Tapi tidak dengan Sandra yang masih diam memandang salah satu tempat. Ia begitu resah dengan tidak lengkapnya anggota keluarga saat ini. Sandra sangat menginginkan Fano sarapan bersama-sama satu keluarga. Bukan hanya Sandra, namun Rifal dan Mahes juga demikian.

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang