"Ibumu adalah pembunuh."
"Ibuku bukan pembunuh!"
"Sampai kapanpun kamu akan merasa bersalah. Aku tidak akan menganggap keberadaanmu di keluarga ini! Kamu adalah anak pembunuh!"
"FANO! Jaga bicaramu, dia sekarang adalah adikmu."
"Tidak, Ayah. Aku tidak akan mengakuinya. Fano benci dia. Sampai kapanpun Fano akan benci dia!"
Kedua mata yang lama terpejam itu kini terbuka. Ingatan itu muncul lagi. Tubuh gadis berambut pirang itu mengeluarkan banyak keringat, bibirnya bergetar, dengan tubuh yang tiba-tiba kaku tak berdaya.
"Loh? Sandra lo udah sadar." Rachel terkejut dan juga senang.
Akhirnya temannya itu sadar. Sudah lebih dari 3 jam, Sandra menutup matanya. Garis wajah Rachel langsung berubah seketika melihat Sandra yang tak berkedip dengan tatapan kosong ke langit-langit atap. Terlihat jelas, bahwa Sandra ketakutan.
"Lo mimpi buruk? Sini-sini minum dulu," Rachel membantu Sandra duduk dan memberikan segelas air.
Sandra menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Ingatan itu tiba-tiba muncul dalam tidurnya. Rasa bersalah dan sesak akan semakin menyelimutinya jika seperti ini. Kapan semuanya akan berubah?
"San, lo demam? Lihat, lo berkeringat banyak!"
Sandra menggeleng sembari tersenyum tipis. "Gue habis mimpi buruk, jadi keringat gue banjir."
"Mimpi apa lo?"
Sandra menggeleng pelan. Ingatan buruk itu sering kali muncul dalam tidurnya dan ia tak pernah menceritakan ke siapapun. "Gue masih lemes, masa lo curuh cerita."
"Iya, sorry. Yaudah ayok pulang! Gue males sama aromanya UKS. Bisa-bisanya sih lo pingsan di siang bolong!?"
"Gue udah pusing sejak pagi tadi. Gue juga jarang olahraga. Mulai besok kayaknya gue harus mulai lagi rutinitas bersepeda."
"Sendiri?"
"Iyelah. Sama siapa coba? Lo gak pernah mau."
"Emang gue gak suka."
"Sekali-kali kek, kadang bosen gue sendirian."
"Makanya, cari cowok dong. Biar ada cowok yang bisa belain lo kalau lo dimaki Fano."
"Kenapa kak Fano lagi yang disalahin? Udah ah, Ra. Lo sendiri juga belum ada. Sok ceramahin gue!"
"Gue tetep istiqomah sama satu orang."
"Dan gue belum minat terjerumus sama begituan."
"Hih, dasar anak teladan. Lo baru siuman tapi udah ngomel-ngomel. Ayo, gih!"
Keduanya tertawa bersama, kemudian beranjak dari sana.
Tak ada yang tau penderitaan Sandra melebihi Sandra sendiri. Walau Rachel sangat ingin mengetauhi semua setiap melihat gadis itu murung, tetap saja, Sandra masih tertutup. Dia mampu menyimpannya dengan rapi.
***
Maaf kalau ada kesalahan dalam kalimat yang saya tulis nih,,,!!, Comment ya dan beri saya masukan agar saya dapat melanjutkan part selanjutnya dengan benar. Ini adalah karya pertama author, jadi jangan ragu untuk memberi kritik saran.
Makasih,,,,,,Vote ya!! ☆☆☆
Next......♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
Teen FictionMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...