44. Perasaan Tak Ingin Kehilangan✅

1.8K 83 5
                                    

Perdebatan beberapa orang mampu menyita semua pandangan. Termasuk Rachel yang tengah berjalan langsung berhenti tepat di sebelah Alan dan melihat perdebatan tersebut.

"Kenapa tuh?" tanya Rachel pelan. Alan yang tidak tau akan kehadirannya menoleh sejenak kemudian menjawab.

"Tuh cewek berulah lagi."

Rachel menyipitkan matanya memastikan bahwa yang dilihatnya jelas-jelas Lola. Cewek itu berdebat dengan Ciko dan juga pak Wahyu.

"Sungguh bukan saya, Pak!" tegas Lola dengan wajah memerah.

"Udah mendingan lo sekarang jujur! Gue yakin yang udah salahin papan arah itu elo!" Kata Ciko yang selaku ketua dari semua grup piknik ini.

"Bukan, Kak! Kakak udah tuduh Lola seenaknya ya!"

"Gue gak nuduh sembarangan. Ada seseorang yang jadi saksi mata lo ngelakuin itu."

"Siapa? Ayo katakan! Siapa kak?!" Lola menentang. Disamping itu kepanikan sedang menyelimutinya saat ini.

Melihat perdebatan itu, Rachel bisa menangkap topik yang di perdebatkan. Rahangnya mulai mengeras, ia mulai merasa jika Lola yang menyasarkan sahabatnya, Cassandra.

"Oke. Sekarang gue akan buktiin di depan pak Wahyu." jawab Ciko sedikit membentak. Ia permisi sebentar pada pak Wahyu yang ada di sampingnya untuk memanggil seseorang yang sudah menjadi saksi mata.

Tak lama kemudian, Ciko datang dengan menggengam tangan seorang cewek berkacamata. Lola melotot kecil, ia terkejut melihat Rika datang bersama Ciko. Rachel merasa tidak enak. Ia melihat wajah Rika sangat ketakutan. Ini artinya jika Lola memberi kontak mata saja, gadis itu pasti akan berbohong. Untuk mencegahnya, dengan segera Rachel berjalan mendekat ke Lola, Ciko, Rika, dan pak Wahyu.

"Katakan, Rika. Apa benar kamu melihat Lola yang melakukannya?" tanya pak Wahyu, sedangkan Rika memainkan jarinya dan tak berani mendongak. Ia sangat bingung dan gugup.

"Gakpapa. Katakan saja yang tadi lo katain ke gue." sahut Ciko.

Perlahan-lahan, Rika mendongak dan menatap Lola dengan rasa takut. Ia melihat begitu jelas Lola sedang melototinya dan menyuruhnya untuk tidak mengatakan yang sebenarnya.

"Apa benar Rika?" Ulang pak Wahyu membuat Rika semakin gugup.

"Ti-t-tid...." Rika tergagap, ia akan mengatakan 'tidak', namun sangat susah. Ia akan melanjutkan ucapannya, namun sebuah tangan dari samping memegang pundaknya.

"Jangan takut, Rik. Katakan yang sebenarnya." Ucap Rachel memberi dukungan untuk Rika. Matanya tajam menatap Lola.

"Eh, Lo gak usah ikut campur ya."

"Gue harus ikut campur karena yang lo sasarin itu sahabat gue!" Bentak Rachel dengan wajah memerah.

"Gue bilang bukan gue pelakunya!" elak Lola.

"Cukup!" Bentak Pak Wahyu yang kali ini membuat keadaan semakin tegang. "Jangan berdebat lagi, disini ada murid yang belum sampai dan tersesat di tengah hutan. Kita harus cari mereka sebelum terjadi apa-apa. Sekarang, bapak mohon Rika, kamu mengatakan yang sebenarnya. Apakah benar Lola yang melakukan hal itu?" tegas pak Wahyu sekali lagi.

Tangan Rachel semakin melekat di pundak Rika. Hal ini membuat Rika tidak merasa takut lagi. Ia menghela nafas sebentar, lalu menatap pak Wahyu dengan serius. "Iya, Pak!"

Lola melotot, "Enggak, pak dia bohong!" rengeknya sebal.

"Benar-benar keterlaluan ya lo!" Rachel sangat marah. Begitupun pak Wahyu yang tidak menyangka kalau anak salah satu pemilik sekolah ini berani melakukan hal itu.

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang