"Tuh anak tega ngomong gitu?" tanya Ciko tajam membuat Beki mundur satu langkah. Ia benar-benar tak menyangka kawannya yang bernama Fano itu, memang benar-benar tak punya hati.
Ciko membuang muka mengusap wajahnya kasar. Tangannya sudah mengepal kuat. Ia mendengar semua dari Beki, BAGAIMANA Fano mengina Sandra dan tak tau situasi. Memang saat Dinda berteriak memanggil Fano di kantin waktu itu Ciko juga mendengar bahkan sempat lari seperti yang lainnya. Tapi baru di tengah jalan, salah satu adik kelas menghentikannya dan bilang kalau ia sedang di panggil Pak Agus untuk keperluan Piknik Bestari karena dia adalah ketua dari semua regu. Ciko menghadap pak Agus sampai pulang sekolah bahkan ia pulang terlambat sehingga tak bisa melihat yang sebenarnya.
"Lo gak negur dia sama sekali?! Seharusnya lo tarik Fano keluar waktu itu!"
"Gue mana berani!" Jawaban Beki sungguh mengesalkan dan menambah emosinya saja. Tapi benar juga, sampai sekarang hanya Ciko lah yang berani menegur atau menasehati Fano. Karena bagaimanapun ialah salah satu orang terdekat Fano bertahun-tahun.
"Lo tau dimana dia sekarang?"
"Tasnya aja gue gak liat apalagi orangnya." Beki menunjuk bangku Fano yang masih kosong.
Tak menjawab, Ciko langsung melangkah keluar setelah melemparkan tasnya di bangkunya yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Woy, Ko lo mau kemana?"
"Gak usah ikut lo bocah!" balas teriak Ciko yang masih mendengar teriakan Beki dari dalam kelas.
***
Jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan bel masuk kurang 2 menit lagi. Pantas saja gerbang terbuka sedikit dan sudah banyak murid yang datang. Sandra berjalan seorang diri. Gadis itu tampil cantik apa adanya dengan rambut di kuncir kuda seperti biasa. Di tolehnya kanan-kiri sorotan mata memandanginya. Dari kakak kelas sampai teman seangkatan nya melihatnya dengan tatapan sinis. Ada juga yang saling berbisik-bisik tapi Sandra tak bisa mengakap apa yang di bicarakan.
Gadis itu terus melangkah dengan wajah tenang, mencoba tidak mempedulikan mereka dan mencoba berfikir positif. Tapi saat memasuki koridor ia dapat menangkap jelas segerombolan cewek dengan make up tebal sedang membicarakannya. Tanpa sadar, Sandra memelankan langkahnya dan mendengar dengan seksama.
"Eh, eh. Ternyata Most Wanted Girl sekolah kita cukup berbahaya loh."
"Iya, hati-hati!" sahut yang lainnya.
"Most Wanted Girl yang mana nih? Yang seangkatan dengan kita apa kakak kelas?!"
4 cewek itu menoleh pada cewek yang bertanya itu. "Jadi lo gak lihat kejadian kemarin?"
"Lo pada lupa? Gue kan gak masuk!"
"Oh iya gue lupa."
"Siapa sih yang kalian maksud tadi?"
"Cassandra itu loh, anak 10 IPS 1."
"Cassandra putri keluarga Risalnodi itu?"
"Sssstt, berhenti ngomong kayak gitu. Cassandra bukan putri keluarga Risalnodi sesungguhnya. Dia hanya anak angkat dan tak punya hubungan darah apapun dari keluarga Risalnodi. Jadi gak perlu kalian sungkani. Satu hal lagi, gue gak suka kalian nyebut dia Most Wanted Girl!" salah satu cewek yang tampaknya ketua dari geng tersebut menjelaskan panjang lebar dengan gaya bahasa sangat lebay.
Sandra menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Kata-kata mereka sangat menyesak namun kesabaran mengalahkan emosinya.
"Hey guys, dia datang dia datang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
Teen FictionMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...