"Lan!" sapa Dava pada Alan yang sedang memijat alisnya sambil duduk lesehan.
Alan melirik Dava di anak tangga paling bawah, "Hm?"
Dava tertawa pelan. "Kenapa lo? Pusing? Seharusnya lo seneng Mama lo sama si kembar kesini. Mereka liburan disini, emang lo gak kangen?"
"Hmm...."
"Ham hem ham hem, kenap--"
"NEVIIIIIII SINI KAMU!" Terdengar suara nyaring dari lantai atas. Dari kamar Salimah- mama Alan.
Dava dan Alan mendongak. Alan geleng-geleng sembari menghela. Dava menoleh lagi ke Alan dengan kedua alis terangkat. Ia berjalan menghampiri sepupunya dengan jari yang memainkan kunci motor. Dava tertawa buat Alan dongak tajam.
"Lo pusing gara-gara mereka?" Dava menghentikan tawanya. "Udah biarin aja kali, Lan. Namanya juga anak kecil!"
"Iya gue bisa biarin kalau ini rumah gue. Lah ini rumah.... Gue ngajarin mereka biar sopan--"
"Hey, ini juga rumah lo, Nying!" Diva yang lagi nonton Tv tiba-tiba menyahut. "Rumah Tante Salimah dan juga Nava Nevi, "lanjutnya.
"Haduh, serah dah. Kalian liat aja dari kemarin malam sejak mereka baru datang. Berantem terus, gak bisa ya mereka gak berantem 10 menit aja."
Belum lama Alan mengeluh, yang diatas mulai heboh.
"AYO, AYO.... KEJAR AKU KALAU BISAAA...."
Sudah bisa ditebak kalau nada suaranya seperti itu berarti Nevi yang berbicara. Si kembar yang punya sifat bertolak belakang, Nevi yang usil dan Nava yang pemarah. Kalau sudah marah besar ujung-ujungnya nangis. Biasa, anak kecil.
Gubrak!
Brak!
Klonteng-teng-teng!
Alan yang sebelumnya duduk kini berdiri sambil melotot. "NAVA! NEVI! UDAH KAKAK BILANG KAN.... JANGAN NGEBERANTAKIN BARANG-BARANG DISANA.... KASIAN BI RATIH DARI KEMARIN BERES-BERES TERUS....!" teriak Alan dengan suara tegas dan lantang dari lantai bawah.
"Udah lah broo... percuma lo teriak-teriak. Mereka anak kecil jadi gak bakal ngerti."
"Ini gak bisa di biarin, Dav. Mereka yang berantakin berkali-kali. Bi Ratih yang beresin."
"Udah-udah. Biar gue yang kasih tau!" ucap Diva kemudian beranjak. Tapi gadis itu berhenti saat 2 adik sepupunya berlari dari tangga atas. Yang lari pertama adalah Nevi dengan wajah cengengesan kemudian di susul Nava dengan wajah merah dan mata berkaca-kaca penuh amarah.
Dava berjalan mendekat ke tangga kemudian saat Nevi turun, pria itu langsung menggendong gadis kecil itu. Nevi lanngsung menyeringai puas.
"Kak, turunin Nevi. Aku mau jambak dia!" rengek Nava melihat kembarannya di gendong Dava. Tak lama kemduian tanginya pecah.
"Loh, kenapa kamu nangis?" tanya Dava memegang pipi mungil adik sepupunya itu.
Sedang, Nevi yang sekarang di gendong Dava menjulurkan lidahnya pada Nava. "Weeek, kamu gak bisa jambak aku.... Kak Dava tinggi! Kamu bisa raih aku, hahaha...." ledeknya.
Diva hanya terkekeh. Sedang Alan menggeleng seketika kemudian menghampiri Nava yang nangis.
"Ini ada apa lagi, coba? Perasaan 10 menit yang lalu kamu udah baikan sama Nevi?" tanya Alan berusaha sabar. Alan merunduk kemudian menghapus air mata adik perempuan kecilnya itu.
"Kak, dia rusakin boneka dari kakek dulu...." rengeknya kemudian menghentak kaki, "Kak Alan.... Ayo gendong aku biar aku bisa jambak Nevi!" Alan menurutinya, buat Nevi yang di gendong Dava takut dan Nava kegirangan di tengah tangisannya. Tapi saat tangan mungil gadis kecil itu akan meraih rambut kembarannya, Alan berbalik dan berjalan keluar untuk memisahkan mereka yang bakalan saling menjambak. Tangisan Nava kembali pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
Novela JuvenilMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...