29. Permintaan Maaf✅

1.8K 71 3
                                    

"Kalau Fano adalah kakak lo, kenapa dia cuek dan gak peduli banget sama lo? Apa ada kakak kayak gitu?!!"

Ya, kalimat itu keluar ketika Cassandra berusaha menjelaskan yang sebenarnya saat mereka terkunci di perpustakaan. Suara pengucapan itu terdengar berulang-ulang di telinga Dava hingga saat ini. Dava sungguh menyesal telah mengucapkan kalimat itu dari mulutnya sendiri. Ia merasa terbodohi karena telah percaya pada Lola begitu saja dan mendukung egonya.

Sudah beberapa jam ini ia tak menemukan Sandra. Dipandanginya terus-menerus tas bewarna cyan milik gadis itu. Dava tak peduli sorotan mata memandanginya membawa tas cewek kesana-kemari.Beberapa tempat sudah ia kunjungi namun tak menampakkan Sandra sama sekali.

Lo dimana, San? Batin Dava sembari tangan mengusap rambutnya frustasi.

Saat ini, pria itu berda di taman kota yang merupakan tempat ke-3 ia mencari Cassandra. Siang tadi ia sempat bertanya kepada satpam sekolah apakah melihat Cassandra keluar. Dan benar saja, pak Eko melihat siswi berambut pirang keluar gerbang sambil berlari tanpa membawa tas. Kebetulan saat itu pak Eko baru membukakan gerbang untuk tamu sekolah dan Cassandra menggunakan kesempatan itu untuk lari keluar. Saat itulah pak Eko baru menyadari dan akan mengejar tetapi lari siswi berambut pirang itu sangat cepat.

Dava kembali mengusap rambutnya kasar. Beberapa saat ia terdiam memikirkan apakah mungkin jika gadis itu lari kerumah setelah kejadian tadi. Namun hal itu sedikit ia ragukan karena bagaimanapun, Sandra pasti akan menutupi kejadian itu dan otomatis juga akan menghindari pertanyaan dari Mahes serta Rifal. Tapi apa salahnya mencoba? Tak menunggu lama Dava naik ke motornya dengan tas milik Sandra disampirlan di dada lalu melajukan motornya tersebut dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya di rumah Risalnodi, Dava memasukkan motornya karena kebetulan gerbangnya terbuka lebar. Dilihatnya pintu utama juga terbuka kedua-duanya.

"Dav?"

Dava yang sedang melepas helm menoleh dan mendapati Rifal di ambang pintu.

Kedula mata Rifal menatap tas adiknya yang ada di tangan Dava, "Itu...."

"Oh iya, Kak. Ini tasnya Sandra!" sahut Dava ramah.

Rifal mengernyit, "Nah, Sandranya kemana?"

Jawaban itu membuat Dava meneguk ludah. Ini berarti Sandra memang tak ada di rumah. Pria itu terdiam berfikir apakah harus ia mengatakan kejadian di kelas tadi pada Rifal. Sebenarnya Dava ingin sekali mengatakan bahwa Fano telah menghina Sandra seperti itu, agar Rifal tau apa yang dilakukan adik prianya ini selama di sekolah terhadap Cassandra.

Dava baru akan menjawab tapi kedua matanya menangkap Sandra yang tiba-tiba muncul di belakang Rifal. Gadis itu menggeleng dengan tatapan memohon agar Dava tak mengatakan yang sebenarnya.

Di atas tadi, Sandra tertidur di lantai dengan kepala bersandar di kaki sofa dekat jendela. Saat baru membuka mata, pandangannya jatuh pada Dava di halaman yang baru melepas helm dengan tas miliknya juga berada di tangan pria itu.

Rifal mengikuti arah pandang Dava. Sedangkan Sandra berkesiap saat Rifal berbalik badan menghadapnya.

"Sandra?"

Pemilik nama menyatukan kedua tangan dengan jemari yang saling dimainkan. Melihat sikap adiknya seperti itu, Rifal mengernyit. "Kapan kamu pulang? Kenapa kakak gak lihat kamu tadi?"

Sandra terus saja diam. Jujur saja ia tak ahli dalam membuat kebohongan apalagi terhadap Rifal. Sebenarnya, ia tadi lari masuk ke rumah karena dia tau bahwa mungkin tak ada siapapun di rumah kecuali para asisten rumah tangganya. Saat itulah, Sandra lari ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat. Maka dari itu, tak ada seorang pun yang tau dia pulang kerumah.

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang