19. Belum Waktunya✅

1.7K 72 10
                                    

Rachel: Sandra, please, lo besok ikut gue ke rumah Diva ya! Lo tau sendiri kan di sana ada kak Alan?!! Gue bisa GUGUP 7 turunan, Sandra!

Sudah sekitar 6 menit pesan itu dibaca olehnya, tapi tak kunjung ia jawab karena masih memikirkan dampak jika ia ada di rumah Diva yang juga rumah Dava. Tatapan seperti apa nanti jika ia dan Dava bertemu?

Rachel: Kenapa cuma lo baca sih? Gimana? Mau kan?

Sandra memandang kesal layar ponselnya. Kemudian terpaksa ia membalas pesan Rachel.

Cassandra: Serah dah, asal jangan lama-lama!

Di luar sana, Rachel mencak-mencak sendiri di atas kasur empuknya sambil berteriak merayakan atas keberhasilan membujuk Sandra. Sedang, ini masih jam 19:00 WIB. Di sini mood Sandra tambah memburuk sekaligus menyesal karena setuju menemani Rachel.

"Iiiih.... Bodoh! Bodoh!" teriaknya sambil turun dari ranjang dan langsung keluar kamar dengan meninggalkan ponselnya sembarang.

"Males banget ketemu Dava!"

Sandra berjalan, berniat akan turun untuk sekedar mencari udara di luar. Walau udara saat ini dingin, Sandra tak mempedulikannya. Mungkin udara dingin di luar bisa mengademkan hatinya yang membara saat ini.

Suara percakapan dari kamar Mahes membuat Sandra berhenti. Mahes seperti berbicara dengan Rifal. Mata Sandra tidak bisa menangkap dua orang itu di dalam sana, tapi telinganya bisa mendengar jelas walau pintu kamar tertutup.

Sandra lebih mendekat ke pintu kamar Mahes saat terdengar suara ayahnya menyebut namanya.

"Ayah tidak terima jika Fano selalu menyebut Sandra gak ada hubungan darah sama sekali dengannya. Ayah hancur rasanya. Ayah gak akan memaafkan siapapun yang berani berkata jika Cassandra tidak ada hubungan darah sama sekali dengan darah keluarga Risalnodi!"

Bisa terdengar jelas di telinga Sandra. Hal tersebut sudah taka sing lagi, Sandra sendiri juga pernah melihat sendiri bagaimana ayahnya marah besar ketika seseorang mengatakan bahwa dirinya hanya seorang anak tiri.

"Rifal tau, Yah! Fano mungkin hany--"

Gubrak

Rifal dan Mahes langsung terdiam saat suara sesuatu jatuh dari luar kamar.

Sedang, Sandra yang tidak menyadari tangannya menjatuhkan hiasan kayu di atas lemari kecil di belakangnya langsung terlunjak kaget. Buru-buru Sandra menempatkan benda itu ke tempat semula kemudian langsung berdiri dan segera kabur. Namun sebuah tangan menarik kunciran rambutnya dari belakang. Sudah pasti itu Rifal.

"Aww!" pekik Sandra sangat pelan dan Rifal langsung melepaskan rambutnya.

Dengan gerakan bertahap, Sandra berputar balik dan mendongak menatap kakaknya itu sembari menyengir kuda.

"Siapa, Fal?" Teriak Mahes dari dalam/

"Bukan siapa-siapa, Yah, Cuma kucing tetangga nyasar kesini."

Apa? Kucing? Tetangga? Sandra mendelik pada kakaknya itu. Tetapi Rifal tambah membalasnya dengan senyuman jahil.

"Kucing tetangga? Mana mungkin ada kucing malam-malam naik ke sini?"

"Pintu rumah sekarang terbuka, tunggu sebentar, Rifal mau balikin kucing ini."

"What?!" kesal Sandra dengan suara samar.

Rifal menutup pintu kamar ayahnya kemudian menyeret Sandra menjauh. Kekesalan Sandra kini berlimpah saat cara Rifal menyeretnya jauh dari kamar Mahes dengan cara menjewer sebelah kupingnya, bukan tangannya.

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang