37. Belajar Motor✅

1.7K 76 0
                                    

Jam pulang tiba. Sandra berjalan melewati parkiran menuju halte bus di pinggir sekolah. 2 hari ini ia lebih memilih naik bus dari berangkat dan pulang sekolah. Suara motor dari belakang terasa mengikuti Sandra. Tapi beberapa saat kemudian motor itu menghadang jalan Sandra yang terpaksa buat gadis itu berhenti. Terlihat dari motornya, ini adalah Dava.

Dan benar saja, pria di atas motor ini membuka helmnya. "Hai cewek," goda Dava sambil nyengir gak jelas, persis kayak preman yang goda cewek. Hal itu membuat Sandra bergidik ngeri.

Sandra mendorong lengan Dava keras, "Hidih, jijik. Ngomong apaan lo?" tegur Sandra.

Dava malah terbahak, "Segitu marahnya lo. Emang lo sering ya gitu?" tanya Dava tanpa dosa. Nah ini juga cara buat mancing amarah cewek magel. batin Dava selanjutnya.

"Apaan?"

"Ya kalau misal lo di goda cowok gak kenal, reaksi lo gimana?"

Sandra melotot kecil, "Pastinya nih gue--"

"Halah- halah, gue napa masih nanya itu ya?" potong Dava, "Pastinya nih, kalau di goda cowok gak kenal, lo akan minta tolong, atau gak lo akan nuruti aja. Lo kan lemah!"

"Dava!" tegur Sandra sambil melotot.

"Emang gitu, Kan? Kalau gak kayak gitu gimana?"

"Gini!" Sandra mengepalkan tangannya di depan wajah Dava dengan jarak hanya 3 jari yang buat Dava langsung menjauhkan wajahnya ke belakang. Expresi Dava terkejut dengan tangan Sandra yang seolah akan menonjok wajahya.

Sandra menghela nafas gusar sambil menatap Dava kesal. Setelah itu ia menjauhkan kepalan tangannya dari wajah Dava. "Udahlah, Dav. Jangan cari gara-gara. Sana pulang!" usir Sandra.

Dava mengangkat satu alisnya, "Emang nih jalan punya lo ngusir gue seenaknya?"

"Yaudah serah, gue aja yang pulang."

Dava menoleh ke arah jalan yang cukup sepi. "Pulang naik apa lo? Gue yakin gak ada bis, angkot, taxi atau ojek yang lewat." ucapnya santai sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Emang lo peramal? Gak kan!?"

"Terserah kalau gak percaya. Tapi gue gak akan salah." Dava masih teguh.

"Lo mau apa sih, Dav. Udah sana pergi." pinta Sandra malas dengan nada lelah.

Dava masih diam. Tujuannya masih tidak puas kalau tidak buat Sandra tersenyum lebar dan berdebat seperti biasa. Ini masih belum berhasil.

"Yakin lo mau gue pergi? Padahal, ada yang mau gue tawarin."

"Kapan-kapan aja dah. Gue gak tertarik."

"Yikin nih?"

"Hm."

"Huft, padahal tadi gue mau nawarin lo belajar motor."

Sandra menoleh perlahan. Kedua alisnya terangkat menatap Dava tak percaya. "Apa kata lo?"

"Belajar motor."

Perlahan kedua sudut bibir Sandra terangkat dan mulai menampakkan gigi ratanya. "Wah, gue mau banget tuh!" ucapnya sumringah. Tapi tak lama kemudian senyumannya mengendor dan langsung buat Dava mengernyit.

"Tapi, a-ayah gu-"

"Hadeh, denger ya anak teladan. Serain itu semua sama gue." potong Dava cepat memang sudah tau apa yang di takutkan Sandra, "Sekarang gue tanya, lo pengen bisa berkendara motor sendiri, kan?"

Sandra mengangguk kuat-kuat, "Tapi gini, " Sandra menghentikan kalimatnya ketika Dava mengeluarkan benda pipih seolah mencari kontak seseorang.

"Mau apa, Dav?"

Cassandra (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang