Dava keluar dari Healthy Room karena di dalam sudah ada Diva dan juga Rachel yang menemani Sandra. 2 perempuan itu juga sama terkejutnya ketika Dava menceritakan apa yang dilakukan Fano membuat Sandra bertambah sakit bahkan setelah Sandra menyelamatkan nyawa Fano
"Dav!" Pemilik nama berhenti berjalan lalu menoleh. Dava berbalik badan ketika Ciko yang barusan memanggilnya berjalan ke arahnya.
"Lo mau kemana?"
"Gue mau beli minum. Kenapa?"
"Nanti jam 3 sore ada rapat di gubuk dekat pantai."
Dava mengangkat kedua alisnya, "Gue ikut?"
"Iyalah. Lo gimana ya, hari kamis yang jadi pembawa acaranya itu elo."
"Oh iya, gue lupa." Ucap Dava dengan polosnya.
"Gue mau minta tolong, tanyakan ke Sandra apakah dia masih bisa bermain biola atau tidak di acara itu. Gue gak bisa bertemu dia langsung karena gue ada urusan ini. Oh iya, bilang sama dia tidak masalah kalau dia tidak bisa tampil, pihak sekolah akan mencari gantinya secepatnya. Lagian Sandra masih belum pulih." Jelas Ciko panjang lebar dengan suara pelan dan serius.
Dava terdiam sejenak berfikir. Pemikirannya juga sama, bagaimanapun Sandra tidak bisa ikut. Kakinya masih belum bisa berjalan lancar. Tapi Dava ingat, bagaimana senangnya ketika itu, saat Sandra ditunjuk menjadi pemain biola serta senang disana juga ada Fano sebagai pemain piano.
"Yaudah, gue cabut dulu ya." Pamit Ciko yang kemudian akan pergi, tapi Dava menghentikannya.
"Eh tunggu!"
"Kenapa?"
"Tuh cowk gimana?"
Ciko menautkan alisnya, tidak tau siapa yang dimaksud oleh Dava. "Siapa?"
"Fano."
Ciko berdehem kecil, "Ini gue mau nyamperin dia." ucapnya singkat namun langsung dipahami oleh Dava. Ciko kemudian pergi. Dava tau, jika Fano pasti masih ragu.
Niatnya untuk membeli minum diurungkan, Dava kembali berjalan menuju healthy room dan cepat memberitahu hal ini pada Sandra.
"Loh? Kenapa balik?" tanya Diva saat Dava membuka pintu dan masuk ruangan.
"Lo beli sendiri sana."
"Kan tadi lo sendiri yang nantang mau beliin." geram Diva. Memang Dava tadi kasian dengan Diva dan juga Rachel yang tampak lelah sehabis sosialisasi.
"Yaudah gue aja yang beli." kata Diva yang langsung pergi keluar.
"San," panggil Dava.
"Hm?"
"Apa lo masih bersedia tampil di acara itu?"
Sandra dan juga Rachel menatap Dava serius. Mereka berdua sempat lupa dengan acara itu.
"Gak. Sandra gak akan tampil!" Tegas Rachel. Secara bersamaan Dava dan Sandra menatap Rachel yang berbicara penuh penekanan. "Lo gak lihat ya, Dav? Keadaan Sandra itu masih belum membaik."
"Ra...."
"Gak, San! Pokoknya enggak ya enggak!" tegas Rachel sekali lagi pada sahabatnya yang kini tengah menatapnya memohon.
"Iya, Rachel bener." sahut Dava, "Kita gak mau lo kenapa-kenapa di panggung nanti."
Rachel mengangguk menyetujui ucapan Dava.
Untuk kali ini, mungkin Sandra tak bisa lagi menuruti apa nasehat sahabatnya. Ia berfikir sejenak dan mendengarkan apa kata hatinya. Kali ini, ia akan bertekad apapun halangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
TienerfictieMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...