2 kursi telah tersedia. Lola berdiri di depannya dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Senyum licik terbentuk di wajahnya, rasanya tak sabar mengisi 2 kursi kosong itu dengan 2 orang yang menjadi incaran dalam misinya kali ini.
Ceklek
Suara pintu terbuka dan masuklah seorang laki-laki yang Lola yakini itu adalah Agiel. Lola mengangkat satu alisnya karena tak menyangka bahwa Agiel benar-benar berpenampilan seperti yang dibilangnya dalam pesan kemarin. Pria itu benar-benar memakai pakaian serba hitam. Wajahnya sama sekali tak terlihat karena sebuah masker dan kacamata hitam, ditambah lagi tudung dari jaket hitamnya yang ia tutupkan sampai sebagian wajahnya. Bisa sangat terlihat jika Agiel sama sekali tak memperlihatkan kulit dari tubuhnya, bahkan jemaripun terbalut sarung tangan.
"Wah Giel, lo bener-bener melakukannya." Lola tersenyum bangga dan Agiel hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Ia sangat berjaga-jaga untuk misi ini, misi yang akan membawanya keluar negeri.
"Oke, sekarang lo udah ada disini. Lo pasti udah tau kan untuk siapa 2 kursi kosong ini?"
Agiel memasukkan kedua tangannya kedalam saku, kemudian mengangguk yakin.
"Kita awali dan kita akhiri hari ini juga. Satu hari ini Dava dan Diva harus menempati kursi ini." tukas Lola diikuti dengan tawa jahatnya. "Lo hanya membawa mereka kesini, sedangkan tangan gue sendiri yang akan menciptakan banyak luka cambuk di tubuh mereka sampai mereka mati secara perlahan."
"Eits tunggu," ucap Lola menggantung, "Ralat, mereka berdua tidak akan mati jika semua rencana kita berhasil." Lola berjalan perlahan untuk mengambil cambuk. Jemarinya meraba benda itu dengan senyum licik. "Biar gue perjelas lagi, tujuan dari semua ini dan sebagai sebuah opening."
Lola mulai mengelilingi dua kursi itu dengan langkah santai. Tatapannya masih mendalam terhadap cambuk yang di pegangnya itu, "Kita akan menyiksa Dava dan Diva. Kita kurung mereka disini sampai keluarga mereka mencari dimana-mana. Namun sebelum keluarga mereka melapor pada polisi, kita harus merekam dan mengabadikan saat-saat mereka menjerit kesakitan. Saat itupun kita beri peringatan dan ancaman untuk mereka. Jika keluarga Jozun tidak bisa menghancurkan keluarga Risalnodi, maka Dava dan Diva akan mati mengenaskan. Ah tapi mereka tak akan membiarkan anak mereka mati begitu saja, kelurga Jozun akan melakukan apapun agar anaknya selamat. Ketika keluarga Risalnodi hancur berantakan dengan semua kekayaan yang sudah teralihkan pada keluarga gue. Nama Risalnodi udah tercantum resmi pada nama belakang papa, mama dan gue. Saat itulah kita bebaskan Dava dan Diva. Keluarga Jozun tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan mengikuti alur. Setelah semua itu, dengan hormat papa Hendra akan mengirim Lo ke luar negeri. " Jelas Lola diikti seringaian senyum penuh kemenangan.
Agiel mengetikkan sesuatu pada ponselnya kemudian memperlihatkannya pada Lola
'Ide yang sangat cemerlang.'
Membaca kalimat itu membuat Lola semakin yakin. Agiel memasukkan kembali benda pipihnya ke dalam saku jaketnya.
Mari kita mulai dari sekarang.
***
Cassandra menatap langit-langit kamarnya dengan terlentang. Setiap hari salalu seperti itu, rasanya Sandra ingin sekali cepat beraktivitas.
Tok Tok Tok....
Sandra yakin itu pasti Rifal, ia melotot kecil menatap pintu yang diketuk tersebut. Matanya beralih pada sarapan yang masih utuh di atas nakas. Sandra berfirasat setelah pintu itu terbuka, Rifal pasti mengoceh panjang lebar, sama persis seperti kemarin-kemarin kalau Sandra tidak makan tepat waktu. Alhasil, Sandra menutup matanya denga mengubah posisi tidurnya miring ke arah balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra (SUDAH TERBIT)
Teen FictionMenjadi pribadi yang ceria mampu menyamarkan rasa sakit dalam kehidupan. Pernahkah kalian melihat sosok yang tertutup namun sangat ceria? Cassandra, dia adalah sosok itu. Sandra tak bisa bahagia disaat salah satu bagian dari keluarganya begitu memb...