Sekarang rumah Lara kembali sepi. Setelah selesai acara pemakaman Alex, kini Lara kembali mengurung diri di kamarnya. Menyesali waktu dan terus saja menangis.
Tatapan mata yang kosong melamun dan hanya air mata yang mampu berbicara keadaan Lara saat ini. Hingga suara ketukan pintu sedikit membuat Lara kembali tersadar.
Tok! Tok! Tok!
"Lara, Mami masuk ya?" ucap Winda sambil membawa nampan berisi makanan dan minum.
Lara tidak menjawabnya dan masih saja terus terdiam termenung menatap sisi luar jendela dengan matahari yang tidak terlalu terik.
"Mami masuk ya, Lara?" kata Winda lagi tapi tetap tidak ada jawaban.
Winda yang merasa cemas langsung memasuki kamar anak perempuannya itu dan melihat keadaan Lara yang masih saja murung.
"Lara?" panggil Winda.
"..."
Winda memilih menghampiri Lara yang duduk di dekat jendela dan mengusap bahu Lara.
"Lara kenapa?" Lara menggeleng lemah.
"Lara jangan sedih terus, kasihan Bang Alex nanti ikut sedih," Lara langsung menoleh ke arah Winda dan langsung memeluknya.
"Lara kangen Bang hiks... Alex. L-lara pengin sama Bang Alex, Mi hiks... hiks..."
"Bang Alex udah bahagia di atas, Lara jangan sedih terus ya. Lara nggak boleh cengeng ya?"
"Lara nggak bisa, hiks... hiks.."
"Lara sayang hiks... sama Bang Alex. Lara nggak mau Bang Alex pergi."
Winda mengusap air mata di sudut matanya dan kembali tersenyum ke arah Lara. "Sekarang Lara makan ya?"
"Lara nggak laper," jawab Lara dengan nada lirih hampir berbisik.
"Lara harus makan. Nanti kalau sakit gimana?"
"Tapi Lara nggak laper, Mi. Lara capek, Lara mau bobok aja," Lara melepas pelukannya lalu berjalan ke arah kasur dan langsung mengambil posisi tidur.
Winda kembali menghampiri Lara dan mengelus rambut putrinya itu. "Lara tau? Mami juga sedih Bang Alex pergi."
"Tapi, Lara harus tetep makan. Nanti kalau nggak makan, Lara bisa sakit. Emang Lara mau ninggalin Mami ya?" lanjut Winda.