Chap 24. Not Like Before

10.5K 670 16
                                    

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."
-
-
-

-✍︎-

"Lepas baju nyokap gue! Bodoh!" teriak Bara dengan kasar mendorong tubuh Lara sampai terjatuh di atas lantai.

"Hiks... B-bara," lirih Lara menatap wajah merah padam Bara menahan amarah. Air mata Lara tak bisa dia terbendung lagi.

Kedua tangan Bara mencengkram kuat kedua lengan Lara hingga kulit Lara mengeluarkan darah akibat kuku Bara menancap.

"Jangan.pernah.sebut.nama.gue! Menjijikkan!" teriak Bara semakin mengencangkan cengkeramannya.

"Hiks... sstt, sa-sakit hiks..."

Plak

Bara menampar keras pipi kanan Lara. Meninggalkan bekas kemerahan tercetak jelas. Sudut bibir manis Lara sobek mengalirkan sebuah darah merah segar.

"Rasa sakit yang lo terima! Nggak sebanding dengan rasa sakit yang keluarga gue alami, CLARA RAIN WILSON!!!" bentak Bara kembali menarik Lara untuk berdiri.

"Hiks... hiks..." isak Lara dengan terus mengunci manik mata indah Bara.

"Aarghh!!" erang Bara mendorong kuat tubuh mungil Lara hingga kembali terjatuh ke lantai.

Namun, terdapat satu luka di pelipis Lara karena benturan keras dengan meja. Bara melihat! Ya, Bara melihat itu semua. Tapi, amarahnya sedang menguasai tubuhnya. Tanpa peduli, Bara melangkahkan kakinya keluar.

"Lara sayang Bara," lirih Lara yang masih terdengar di telinga Bara.

Brak!

Pintu kamar di banting keras oleh Bara. Lara hanya bisa menangis tersedu-sedu dalam diam. Meraung-raung pun itu akan percuma, Bara tidak akan peduli. Dia tidak seperti yang dulu.

"Hiks... hiks.... huhuhu..." suara tangis Lara tertahan.

Kini, wajah cantik Lara sudah terdapat beberapa darah mengalir di pelipis dan sudut bibirnya. Dengan susah payah, Lara berdiri. Tetapi, pusing lebih mendominasi, hingga tubuh Lara ambruk di lantai. Pandangannya mulai menggelap satu air mata lolos begitu saja sebelum kesadaran Lara benar-benar hilang.

Di tempat lain, Bara membuka bajunya. Menampilkan tubuh berotot dan perut sixpacknya. Berjalan dengan buru-buru menuju ruang gym pribadinya. Tangannya dia balut dengan hand warp bewarna putih.

Tanpa menunggu lama, Bara meninju sandsack dengan kencang. Meluapkan emosi dan amarahnya di sana. Keringat telah bercucuran di tubuh atletis menambah kesan cool di tubuh Bara.

"Aarghh! Kenapa harus Lara?!" Bara semakin keras meninju samsak yang tergantung.

"Apakah dengan meninju benda itu, akan mengubah takdir?" suara bariton yang sangat Bara kenal terdengar. Siapa lagi kalau bukan Rimba.

Baralara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang