Chap 25. Little Attention

10.6K 697 17
                                    

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."
-
-
-

-✍︎-

Bara sudah mendekap hangat tubuh mungil Lara dengan telanjang dada. Setelah berperang batin, akhirnya dia memutuskan untuk melakukan hal yang di anjurkan oleh David. Persetan dengan janji dan omongannya kepada Rimba.

Ada rasa rindu di lubuk hati Bara. Bisa mendekap dan menyalurkan kehangatannya kepada Lara kembali. Sedangkan gadis yang masih belum sadar itu hanya diam tanpa merespon.

"I love you, baby!" ucap Bara tulus lalu mengecup bibir Lara dan mengeratkan pelukannya.

"Tapi, aku membenci keluargamu," bisik Bara tepat di telinga Lara. Entah Lara mendengar atau tidak? Bara hanya mengatakan hal yang jujur. Tak lama, Bara ikut beradu di dunia mimpinya, dan masih dalam keadaan dan posisi yang sama.

-✍︎-

Jam dinding menunjukkan pukul lima pagi. Matahari belum nampak sepenuhnya di bumi. Lara merasakan suhu panas di tubuhnya dan matanya terasa berat.

Matanya perlahan membuka, nampak dada bidang yang pertama kali Lara lihat. Mata Lara membulat ketika mengetahui itu adalah Bara. Ya! Bara yang mendekap erat Lara.

Lara menampilkan senyum manisnya dan langsung kembali menubruk dada bidang Bara. Menenggelamkan lebih dalam wajahnya di ceruk leher Bara. Tes, air mata Lara mengalir mengenai dada bidang Bara yang polos tanpa baju.

Lara jadi teringat bagaimana Bara memperlakukannya kasar akhir-akhir ini. Dan pagi ini, perhatian Bara telah kembali. Singkat kata, Lara rindu perlakuan manis Bara.

"Hiks... hiks..." isak Lara teredam di dada bidang Bara.

"Uhuk, uhuk! Hiks..." Lara terbatuk karena tangisannya dan kondisi kesehatan yang menurun.

Terasa sebuah usapan lembut mengenai surai dan punggung Lara. Itu tangan Bara, tangan Bara yang membelai lembut rambut dan punggung Lara. Bara sebenarnya sudah terbangun sebelum Lara. Namun, ia enggan berkontak mata langsung dengan mata Lara. Karena pasti Bara akan merasa bersalah.

"Bara?" panggil Lara dengan suara perau menahan tangis dan isakan.

"..." tetap tidak ada respon.

Lara semakin mengeratkan pelukan dan menyelusup lebih dalam di dada bidang Bara yang tak terhalangi sehelai benang itu.

"Bara kenapa hiks... giniin Lara? Hiks..."

"Hiks... L-lara sakit. Tubuh dan hati Lara hiks... yang sakit."

"Ka-kalau Lara hiks... punya salah, Lara minta maaf. Jangan siksa Lara kayak gini. Hiks... Lara capek! Kalau emang Bara enggak cinta sama Lara, hiks... Lara bakal perg--hhmmpt," kalimat Lara terhenti kala Bara membungkamnya dengan sebuah ciuman.

Baralara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang