Chap 22. Where Is Your Promise?

10.4K 651 18
                                    

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."
-
-
-

-✍︎-

Setelah mengatakan kalimat itu, Bara menghempaskan tubuhnya di ranjang king size miliknya. Ya! Mansion yang kini Bara masuki adalah mansion peninggalan dari Ayah dan ibunya, yang sengaja mereka wariskan kepada Bara. Dulu, rumah mewah itu penuh dengan kehangatan sebuah keluarga, tapi kini, rumah itu sunyi bagai tak berpenghuni.

Bara memejamkan matanya mencoba merilekskan tubuh dan pemikirannya. Semuanya membingungkan. Semua kenangan tentang kehangatan keluarganya dulu, peristiwa terbunuhnya Zira dan hari-hari manis yang Bara bersama Lara lalui, terlintas di otaknya.

"Arghh!" erang Bara merasa pusing.

Drrtt... Drrtt...

Ponsel Bara bergetar menandakan terdapat sebuah panggilan. Dengan malas, Bara menggapai ponselnya di atas nakas. Melihat nama yang tertera di layar lebar benda pintar itu.

Mine
Calling...

Bara mengadahkan pandangannya ke sembarang arah. Tak mau menatap lama layar ponselnya. Bagaiman tidak? Seseorang yang menelponnya adalah Lara. Anak dari seseorang yang telah menghabisi nyawa adiknya, dan gadis yang sangat Bara cintai dan sayangi.

Akhirnya, Bara memilih mematikan data seluler di handphonenya. Enggan di ganggu.

Sedangkan di lain tempat, Lara berdecak sebal karena beberapa pesan dan panggilan teleponnya tak diangkat ataupun di balas oleh Bara. Jangankan di balas, di baca saja tidak.

"Ck! Ih Bara kemana sih?! Kok sekarang nomornya ga aktif?!" dumel Lara dongkol.

Gadis itu hanya menatap kosong ke arah pintu balkonnya yang memang dari kaca. Jadi, dia bisa menatap indahnya pemandangan langit di malam hari.

"Mana janji Bara?" gumam Lara lirih lalu memilih menutupi seluruh badannya dengan selimut tebal.

Air matanya turun tanpa diminta, dadanya terasa sesak dengan tiba-tiba. Entahlah, Lara merasa dirinya akan kehilangan seseorang. Seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.

-✍︎-

Pagi telah menyapa dengan hangat. Membuat semua orang kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Tapi, tidak dengan gadis yang masih bergelung dengan selimut tebalnya. Masih larut dalam mimpi.

"Ya ampun, anak gadis satu kok gini amat ya?!" dumel Winda melihat Lara yang masih asik dalam tidurnya.

"Lara, bangun yuk! Udah siang ini," Winda membuka tirai, berjalan mendekati Lara lalu menyibakkan selimut tebal yang membungkus tubuh mungil Lara.

Baralara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang