Bara hanya terkekeh mendengar pernyataan polos dari Lara. "Apakah, kamu mau aku melepaskannya?"
Lara menggeleng dalam dekapan hangat dan nyaman Bara. Semakin mengeratkan pelukannya pada Bara. "Enggak," lirihnya.
"Lara suka Bara kalau kayak gini. Bukan Bara yang tadi pagi, nyeremin. Lara takut!" celetuk gadis polos itu masih mengeratkan pelukannya.
Inilah Lara, gadis childish dengan sifat yang sangat labil. Lara tidak pernah merasakan pelukan dari seorang laki-laki. Karena ayahnya, sudah lama tiada.
"Makanya, kamu harus nurut honey, jangan membantah perkataan ku," Bara terus mengelus punggung dan surai Lara.
Bara tersenyum. "Tapi, bagiku kau belum baikan Lara."
Kata mengerucutkan bibirnya sebal. "Tap-"
Ucapan Lara tercekat karena mendapat tatapan tajam menusuk dari sorot mata Bara. "M-maaf," cicit Lara.
"Sekarang kita ke bawah, makan siang," Lara mengangguk dalam pelukan Bara.
"Lara, lepaskan pelukanmu. Kita akan kebawah," Lara menggeleng, terus mengeratkan pelukannya pada dada bidang Bara. Lara sebenarnya mendengar perubahan nada suara Bara yang awalnya lembut menjadi dingin.
Bara hanya pasrah. Bara bangkit dengan Lara yang terus memeluknya dan berada di gendongannya. Kini, Lara persis seperti bayi koala yang begitu manja.
Dengan perlahan, Bara menuruni anak tangga, mengabsen satu per satu. Setelah sampai di meja makan, Bara menurunkan gadis manjanya itu di bangku tepat di sebelahnya. Di hadapan mereka, sudah tersaji beberapa makanan.
-✍︎-
Setelah kejadian dimana Lara yang 'di hukum' oleh Bara di apartemen pribadinya, tepatnya tiga hari yang lalu. Kini, Bara akan menepati janjinya pada Lara. Untuk mengantarkan Lara pulang menemui Maminya. Karena saat ini, luka-luka Lara sudah membaik.
Tok! Tok! Tok!
"MAMI!!!" teriak Lara mengetuk pintu rumahnya dengan raga di sampingnya.
Cklek~
"LARA!"
"MAMI!" ibu dan anak itu langsung berpelukan. Melepaskan rasa rindu karena dua hari tak bertemu.