Chap 50. Break?

10.9K 743 375
                                    

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."

.
.
.

-✍︎-

Sudah tiga hari Lara melewati hari-harinya dengan lesu dan tanpa semangat. Dan sudah tiga hari juga Bara memilih pergi tanpa pamit secara langsung kepadanya.

Saat ini, gadis berhidung mancung itu duduk termenung di ayunan kayu depan rumahnya. Tangannya menggenggam sebuah benda pintar yang sering di sebut ponsel.

Jangan tanya kenapa? Karena dia sedang menunggu sebuah kabar yang dia sendiri pun tidak tahu itu akan terjadi atau tidak.

"Bara kemana sih?" gumam Lara dengan mata yang sudah mulai berair.

Entah sudah berapa panggilan yang tidak terjawab dari Lara. Entah Bara yang sengaja tidak menjawab atau memang Bara mengganti nomornya.

Lara mengusap air matanya. Dia menunduk dalam dengan tenang. Mengatur nafasnya kembali lalu berdiri dan berjalan ke dalam rumah.

Winda yang melihat Lara berjalan dengan terburu-buru menaiki tangga pun menegur, "Lara jalannya pelan-pelan, kalo jatuh itu sakit!"

Lara tidak menanggapi dan langsung masuk ke dalam kamar. Mengganti bajunya dan meraih sebuah tas selempang kecil miliknya. Dengan cepat Lara keluar kamar dan pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari Winda

"Lara kamu mau kemana?!" tanya Winda sedikit berteriak melihat Lara yang keluar dari rumah.

Tanpa menjawab, Lara langsung melenggang pergi. Menaiki taksi online yang sudah dia pesan tadi.

"Jalan Pak," ujar Lara kepada sopir taksi.

Sopir taksi itu pun mengangguk dan menjalankan mobil taksi dengan kecepatan normal.

Di sepanjang perjalanan, Lara hanya terdiam merenung menatap kaca mobil dan melihat-lihat sekeliling. Hingga mobil taksi berhenti di depan sebuah rumah yang cukup mewah.

"Makasih ya," kata sopir taksi setelah Lara membayar dan hanya di balas senyum manis dari Lara.

"Bara ada nggak ya?" gumam Lara resah dan khawatir.

Dengan tekad yang sudah kuat, Lara berjalan dengan sedikit rasa ragu ke depan gerbang rumah Bara.

"Pencet nggak ya? T-tapi nanti kalau Lara nggak di bolehin masuk gimana?"

Lara menggigit kukunya karena bingung, "Ih tapi Lara kangen Bara, ishh. Pencet ah, biarin kalo enggak di buka Lara bakal terobos!"

Jari telunjuk gadis itu sudah memencet bel sebanyak tiga kali. Hingga, seorang satpam membuka gerbang.

Baralara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang