Keadaan Lara makin memburuk, tapi masih ada kemungkinan Lara akan selamat dan cepat sadar."
"Tapi, gue nggak yakin dengan keadaan mental Lara ketika sadar nanti," terang David membuat urat marah Alex terlihat jelas.
"INI SEMUA KARENA LO! Kenapa keluarga lo, selalu ngusik kami, hah?!" Alex meluapkan amarahnya, karena keluarga Bara selalu saja mengganggu keluarga Alex.
"Lex! Ini bukan waktu yang baik buat lo marah-marah sama Bara!" lerai David.
"Sorry," sesal Bara menatap lurus ke depan.
"Maaf lo nggak guna!" Alex segera berjalan masuk keruangan Lara.
Bara juga demikian, namun tangannya di cekal oleh David.
"Apa?"
"Mungkin Lara akan takut sama lo. Bahkan kemungkinan dia akan trauma," Bara sudah menduganya.
Bara mengangguk. "Gue tau. Dan gue bakal buat dia kembali."
David tersenyum tipis, menepuk pundak sahabatnya itu. "Semoga lo bisa. Tapi, gue kurang yakin Lara akan cepet pulih dari traumanya."
Kaki Bara terasa lemas tidak kuat menopang tubuhnya. Bolehkah Bara meminta? Bara minta agar Lara kembali. Jangan buat Lara trauma dengan semua ini.
Bara melangkah masuk keruangan Lara. David hanya menghela nafasnya, sulit menasehati Bara yang memang keras kepala. Lalu, dia pergi untuk memeriksa pasiennya yang lain.
"Ngapain lo masih disini?" cecar Alex.
Bara hanya diam lalu berjalan mendekati Lara yang masih memejamkan matanya. Bara mendekatkan wajahnya ke wajah Lara.
"Cepat bangun, aku akan berubah," bisik Bara tepat di telinga Lara.
"Nggak usah deket-deket adek gue!" Alex menarik paksa Bara agar menjauh.
Bara hanya menurut, dia hanya orang asing di sana. Orang asing yang membuat Lara seperti ini.
Cklek~
Pintu terbuka menampilkan Winda dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir. Winda dengan cepat mendekat ke Lara lalu memeluknya.