Chap 8. Ignorant

27.1K 1.7K 116
                                    

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."
.
.
.

-✍︎-

Sekarang semua maba sedang berada di gedung Balairung sesuai jurusan masing-masing. Mereka fokus kepada seorang sesama Maba yang sedang di marahi di atas podium oleh seniornya. Lebih tepatnya, ia di beri sanksi oleh Presma singkatan dari Presiden Mahasiswa.

"Enak banget, seniornya sibuk ngejelasin dan berpidato, kamu malah ngomong sendiri! Hah!" bentak laki-laki yang menjabat sebagai Presiden Mahasiswa di kampus itu.

"L-lara minta maaf," cicitnya menunduk sembari meremas roknya.

"Ini pelajaran untuk kalian semua! Jangan seperti dia! Kalian harus belajar di siplin! Kalian akan menjadi mahasiswa! Mahasiswa bukan ajang untuk gaya-gayaan!" suaranya yang begitu tegas menggelegar.

"Dan kamu!" ucapnya sinis menatap tajam kearah gadis yang sudah sangat ketakutan. "Kenapa tadi sibuk sendiri?! Udah ngerasa paling oke?!"

Lara hanya menunduk tanpa berkata apa-apa. "KALAU DI TANYA JAWAB!" Lara tersentak mendengar sebuah bentakan yang begitu kasar. Nafas Lara memburu menahan isakan yang ingin lolos.

"L-lara minta maaf," lirih Lara. "L-lara minta maaf hiks..."

Laki-laki itu sedikit terkejut mendengar suara lirih yang di sertai isakan dari gadis di depannya itu. Namun, setelahnya ia malah tersenyum miring. "Nangis?! Sekarang aja nangis! Tadi cerewet pas seniornya jelasin! Kamu boleh turun!"

-✍︎-

"Dasar senior nyebelin!!! Mentang-mentang situ tuaan kita yang muda malah di giniin!!!! Uhhhh sebellll!!!!" umpat Lara terus berjalan di koridor kampus tanpa memperdulikan teriakan teman barunya.

"Lara! Woi! Tungguin gue dong!"

"Senior nyebelin!!!!" gerutu Lara memejamkan matanya dengan menahan rasa yang amat dongkol.

Bugh

"Ma-"

"Punya mata nggak lo?! Jalanan luas tau nggak?!"

Lara mendongak, matanya menatap seseorang yang baru saja ia tubruk. Matanya menatap dalam manik mata orang itu.

"Bara?" cicit Lara memiringkan kepalanya ke kiri menatap wajah rupawan Bara.

"Minggir! Jangan halangi jalan gue!" ucap Bara dengan nada yang masih tinggi. Namun, gadis depannya  sama sekali belum bergerak.

"LO DENGER NGGAK! MINGGIR!!" Lara tersentak mendengar bentakan keras dari Bara.

Gadis itu mundur perlahan, matanya masih mengunci mata Bara. Tes! Satu air mata turun di pipi Lara karena Bara. Lagi! Lara berbalik dan kembali berjalan menjauh dari Bara dengan air mata yang kembali menetes.

Baralara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang