Chap 14. Meaning

16.2K 904 67
                                    

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."
-
-
-

-✍︎-

Jantung Lara berdegup cukup kencang dan bekerja abnormal. Pikirannya berkecamuk memikirkan semua ini. Apa ini semua salah Lara sendiri?

Lara bergerak, kini ia sudah berada di hadapan Bara yang memeluknya. Lara menatap manik mata Bara yang terdapat semburat penyesalan disana.

"Maaf sayang," lirih Bara menatap intens wajah Lara.

Lara mengangguk pelan kemudian menenggelamkan wajahnya di ceruk leher cowok itu. Menumpahkan semua tangisnya disana. "Hiks... Lara minta m-maaf."

"Lara hiks... udah egois sama Bara. Lara udah nyusahin Bara hiks... Lara juga jahat sama Bara ya? Hiks..."

Bara mengusap lembut rambut dan punggung Lara. Dan sesekali mencium puncak kepala gadisnya itu.

"Kata siapa hm? Sekarang kamu dengerin aku ya sayang. Kamu itu prioritas aku dan kamu segalanya dalam hidup aku. Kamu yang udah berhasil menerobos masuk kedalam sisi gelap lingkaran hidupku. Membuat aku nyaman dan tidak merasa sendiri lagi. Dengan kamu, aku ngerasa keluarga dan kebahagiaan aku hadir kembali," kata Bara lembut namun terkesan tegas.

"Dan aku minta maaf, jika aku selalu ngebuat kamu nangis gara-gara sikap aku yang cuek,  aku yang enggak peka dan aku yang selalu nyakitin kamu. Juga, yang kadang aku lama bales chat kamu. Ketahuilah, aku lebih suka kita ketemu langsung dari pada harus berkecamuk dalam dunia maya yang berpegang pada keyboard dan chatting. Mengerti, honey?" sambung Bara.

Lara mengangguk patuh di dada bidang Bara. Mengeratkan pelukannya pada tubuh kekar pacarnya itu. Sebenarnya, Bara merasakan suhu panas yang berasal dari tubuh Lara yang demam. Tapi, tidak apa, semuanya untuk Lara. Gadis yang begitu ia cintai. Sekarang, besok dan untuk selamanya.

"I love you, Clara Rain."

"I love you too, Bara Xavier."

-✍︎-

Matahari telah datang memberikan sinarnya yang begitu terang. Membuat bumi tak lagi gelap dan lampu tak perlu lagi menyala. Lara kini sedang memakan makanan khas rumah sakit. Awalnya ia menolak keras karena makanannya terasa pahit di mulutnya. Namun, Bara sangat pandai merayu Lara.

"Bara udah kenyang," ucap Lara memalingkan wajahnya dari suapan Bara.

Bara menghela nafas. "Yaudah, nih minum dulu," Bara menyodorkan air putih dan membantu Lara untuk meminumnya.

Lara menyibakkan selimutnya, kakinya perlahan turun dari brankar.

"Mau kemana?" tanya Bara langsung menghampiri Lara.

Baralara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang