Chap 52. Start To Forget

9.6K 573 45
                                    

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."

.
.
.

-✍︎-

Hari sudah kian larut. Langit malam yang bewarna biru gelap itu di penuhi dengan bintang-bintang yang bertebaran.

Angin malam yang sejuk sedikit dingin menusuk kulit. Tak ada lagi sinar matahari yang bersinar. Hanya ada cahaya bulan dan lampu-lampu yang bertebaran.

Terlihat seorang gadis yang sedang berbaring lemah dengan mata yang tertutup. Tubuh ringkihnya itu kini terdapat beberapa perban yang membaluti.

Cup

"See you! Good bay, baby."

Seorang laki-laki berbalut hoodie hitam itu terburu-buru keluar dari ruang rawat, setelah mengatakan kalimat selamat tinggal dan kecupan singkat di bibir gadis lemah yang tengah terbaring itu.

Kakinya terus melangkah keluar dari koridor rumah sakit. Secara tidak sengaja dia berpapasan dengan wanita paruh baya yang sangat ia kenal.

Dengan hati-hati laki-laki itu sengaja mengenakan masker hitam dan berusaha menutupi sedikit wajahnya menggunakan topi yang di pakainya sejak tadi.

Ting!

Pintu lift terbuka, beberapa orang keluar dari lift dan dirinya pun masuk. Dengan cepat dia menekan tombol untuk kembali ke lantai dasar rumah sakit yang cukup besar itu.

Cklek~

"Lara?"

Seorang wanita paruh baya yang baru saja masuk tadi langsung sigap memeluk putrinya. Mengecup dahi putrinya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Lara kenapa gini lagi, sayang?" Ya! Wanita itu adalah Winda, ibu Lara.

"Lara bangun ya," pinta Winda yang sudah menangis memerhatikan putrinya dengan raut yang sangat khawatir.

"Laraa," gumam Winda yang memutuskan untuk duduk dan menunggu hingga Lara tersadar.

))((

Bara sedang duduk di ruang tengah rumahnya. Dia melepaskan masker hitam dan topi yang sejak tadi bertengger di kepalanya.

Memejamkan matanya dan menyenderkan punggung ke sofa. Helaan nafas yang di keluarkan oleh Bara menandakan jika hari-harinya sekarang terasa lebih berat.

"Bara?"

Bara menoleh ke samping melihat Arsen yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Senyum tipis Bara perlihatkan sebelum senyum itu kembali pudar.

Baralara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang