Chap 60. Dusk

4.8K 326 74
                                    

♪ 𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏-𝑺𝒉𝒂𝒏𝒏𝒂 𝑺𝒉𝒂𝒏𝒏𝒐𝒏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♪ 𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏-𝑺𝒉𝒂𝒏𝒏𝒂 𝑺𝒉𝒂𝒏𝒏𝒐𝒏

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."

.
.
.

-✍︎-

Secercah senja mengudara di langit terlukis begitu indahnya. Sebuah coretan tinta berwarna-warni melengkung sempurna diatas awan berjuluk pelangi. Suasana yang dingin namun begitu indah untuk terlewatkan.

Disalah satu bangunan tinggi ditengah kota yang ramai itu terdapat dua orang perempuan yang saling bicara.

"Lara, mau apa lagi?" tanya Winda yang selesai menyuapi anak gadisnya.

Lara menggeleng lemah berusaha tersenyum simpul, "Nggak ada."

Winda mengangguk lalu meletakkan gelas kaca berisi air putih keatas nakas. "Lara?"

"Iya, My?"

"Kita pindah yuk!" ajak Winda setelah memikirkan hal tersebut sudah cukup lama. "Mungkin ini cara yang terbaik yah?"

Lara hanya terdiam menatap lantai rumah sakit yang bewarna putih bersih. Pikirannya tidak kosong, tapi keputusan yang harus dia buat nanti tidak boleh membuatnya salah langkah.

"L-lara, ikut Mommy aja," jawabnya pelan yang akhirnya menyerahkan semua keputusan kepada Winda, ibunya.

"Yaudah, nanti Mommy minta bibi buat beresin barang-barang kita yah. Kamu istirahat dulu."

Lara mengangguk pasrah dan mulai merebahkan tubuhnya. Menarik selimut hingga sebatas dada dan kemudian harus mengistirahatkan pikiran dan hatinya. Sudah cukup sampai disini, Lara butuh jeda untuk istirahat.

Cup

Sebuah kecupan hangat mendarat tepat di pelipis gadis berhidung mancung itu. Winda tersenyum hangat melihat Lara yang sudah menutup matanya lalu dia keluar untuk menelpon seseorang.

Blam~

Suara pintu kamar inap Lara yang tertutup rapat. Mata yang sedikit sipit itu perlahan terbuka setelah tadi terlihat sedang terpejam. Tubuhnya bergerak di atas brankar untuk miring ke kiri. Tangannya menyapu menjadi bantalannya.

Awan yang mendung terlihat berpindah dari atas langit ke mata Lara. Pelupuk mata gadis itu tergenang air yang siap turun kapan saja.

Bahu Lara bergetar dadanya pun sedikit sesak. Lagi-lagi Lara hanya dapat menangis dan menangis. Ingin rasanya Lara untuk memutar garis waktu, tapi itu mustahil untuk ia lakukan.

"Hiks... hiks--" Lara dengan cepat menutup mulutnya enggan mengeluarkan suaranya ketika menangis.

Cukup dalam diam dirinya terluka.

Baralara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang