Chap 17. Club?!

13.7K 761 9
                                    

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."
-
-
-

-✍︎-

Lara telah siap dengan setelan pakaian casualnya. Kaos putih lengan pendek di padukan dengan rok tutu warna hitam dan sepatu sneakers putih kesukaannya.

Lara berdecak sebal karena sudah beberapa menit ia menunggu kehadiran Lida. Hari mulai larut dan semakin gelap. Hawa dingin tentu terasa di tubuh Lara.

Tin! Tin!

"Hai girl! Udah siap nih, yuk berangkat!" kata Lida dari dalam mobilnya.

Lara menatap sebal dan menggerutu tak jelas dengan keterlambatan Lida. "Lama banget! Tau gitu, Lara nggak mau ikut Lida!"

Lida perlahan menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal. "Hehehe, sorry."

-✍︎-

"Ayo!" Lida langsung menarik tangan Lara setelah keluar dari mobil. Berjalan memasuki tempat itu.

Bau asap rokok begitu menyeruak menyesakkan pernapasan Lara. Dan jangan lupakan dentuman musik disko di sertai beberapa orang menari dan bercumbu bebas.

"Lida, Lara pengin balik aja. Lara takut," cicit Lara.

Lida memutar bola matanya jengah. "Udah santai aja! Ada gue kok! Mendingan lo duduk dulu, oke!"

Akhirnya Lara mendarat bokongnya di kursi bar. Dan Lida duduk tepat di sebelah Lara.

"Nah, sekarang lo mau minum apa?" Lara mengalihkan pandangannya ke Lida.

"Hot coklat aja."

Lida sontak tertawa mendengar penuturan dari Lara. "Disini mana ada minuman kayak gitu?! Udah, gue pesenin aja deh!"

Gadis bertubuh tinggi itu terlihat sedang membisikkan sesuatu ke arah bartender. "Oke!" balasnya.

Lida membalasnya dengan senyum misteriusnya. "Ra, gue pergi sebentar ya."

"Enggak! Lara takutt," lirih Lara dengan wajah yang amat ketakutan.

"Ck! Sebentar aja, gue mau kebelakang doang," Lara tetap menggelang tak menyetujui.

"Ish! Udah ah. Bentar doang kok! Lo tetep disini, dan jangan kamana-mana! Bye!" tanpa ba-bi-bu Lida langsung melenggang pergi menjauhi Lara.

Lara sungguh takut. Bagaimana tidak? Banyak pasang mata memerhatikan dirinya dengan pandangan sulit diartikan. Lara ingin sekali menangis rasanya. Sedangkan bartender itu memberikan segelas air kepada Lara.

Lara menelan salivanya susah. Ia hanya memandang gelas itu tanpa mau menyentuh apalagi meminumnya.

"Hai!" Lara terlonjak kaget ketika terdapat suatu tangan menepuk bahu Lara.

Baralara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang