TigaBelas🌼

80.7K 6.9K 300
                                        

Biar dia sadar bagaimana sakitnya mencintai tanpa dicintai
~~~~

*H A P P Y    R E A D I N G*
~~~

Langit sudah menunjuk kan kegelapan nya. Syahfa sampai dirumah yang tak pernah ia rasakan apa itu definisi bahagia. Dengan seragam sekolah yang masih terlekat pada tubuh nya. Syahfa membuka pagar menjulang itu lalu menutup nya kembali.

Syahfa melangkah kan kaki nya ke perkarangan rumah. Berjalan menuju pintu besar yang tertutup rapat, dan langsung membuka pintu utama itu.

"Assalamualaikum Syahfa pulang." Sapa nya pada penghuni rumah. Setelah Syahfa menutup pintu. Matanya mampu menangkup Nino yang berdiri tak jauh dari hadapan nya.

Syahfa melemparkan senyum manis nya. Berjalan mendekat pada Nino ingin bersalaman.

Plakk

Satu tamparan gusar mendarat pada pipi mulus Syahfa. Bunyi nya begitu nyaring, tamparan itu sukses membuat Syahfa terjatuh ke lantai. Syahfa memegang pipi nya yang memanas dan perih. Beberapa juntaian rambut  berhasil jatuh menutupi sedikit wajah nya.

Tahan, plis air mata. Jangan tumpah, Jangan nangis, gue mohon.

"Dari mana aja kamu?!" Sentak Nino dengan posisi semula. Namun Syahfa tak menyahut, Ia memilih diam ditempat dengan pipinya pedih.

"JAWAB DARI MANA AJA!" Bentak Nino kasar, membuat Syahfa berjengit takut.

"S-sya-syahfa—"

"GAK LIAT UDAH JAM BERAPA INI?! BARU PULANG KERUMAH?!"

"UDAH PANDAI KELUYURAN SEKARANG?! IYA?!"

"Enggak pa enggak....." Lirih Syahfa, Air mata nya kian tumpah. Mengalir membasahi pipi nya yang memerah.

"MAU JADI APA KAMU?!!! BUKANNYA PULANG DARI TADI!!! KELUYURAN GAK JELAS SAMPAI MALAM BARU PULANG!!"

"Kamu sesekali harus dikasih pelajaran!!" Ucap Nino memburu, mencari barang disekitar nya yang digunakan sebagai senjata. Tepat, mata nya tertuju pada sapu yang tersandar pada tembok. Dengan cepat tangan Nino meraih nya.

"Paa..." Lirih Syahfa.

"DIAM!! DASAR ANAK GAK TAU DIRI!! GAK BERGUNA!! ANAK BODOH!! ANAK PEMBAWA SIAL!! BIKIN SIAL KELUARGA!!" Hardik Nino tak lepas memukul Syahfa menggunakan tangkai sapu dengan sekuat tenaga.

Syahfa pasrah, Ia berharap semoga tak sadar kan diri selama-lamanya detik ini juga. Semoga saja ia akan menyusul ibu nya malam ini.

"Mas udah kamu apaa-apaan!"Lerai Rika berusaha menjauh kan Nino.

"Yaampun masss kamu apain Syahfa?" Ucap Rika menatap Nino. "Syahfa kamu gak papa nak?" Tanya Rika lembut, berjongkok dihadapan Syahfa.

"Udah jangan perduliin, saya muak dengan dia. Ayo" Nino menarik Rika beranjak meninggal kan Syahfa yang benar-benar lemah. Mata Syahfa masih dapat melihat Rika yang tersenyum miring pada diri nya.

Syahfa berusaha untuk berdiri. Demi apa pun, badan nya dan tulang tulang nya sangat sakitt sekali. Terlebih lengan kirinya seperti mati rasa. Kebas, begitu yang Syahfa rasakan.

Syahfa melirik lengan dan tangan kiri nya. Lebaman biru terukir jelas disana. Jelas, Nino memukul disekitar tangan kiri nya. Tak hanya itu, rahang nya juga terasa nyeri karna tamparan keras dari Nino.

Syahfa kecewa, Kecewa kenapa ia masih diberi nyawa.

"Masuk." Ucap Aka dari dalam kamar, setelah mendengar bunyi ketukan pintu yang nyaring.

Terlihat jelas wanita awet muda itu melangkah kan kakinya menghampiri Aka. Ia memberikan senyum nya pada anak satu-satunya itu.

"Kenapa ma?" Tanya Aka, Yuni mensejajar kan duduk nya.

"Kamu siap-siap Sayang, kita ada acara makan malam sama rekan nya papa." Tutur Yuni, walaupun Yuni tau bagaimana tanggapan putra nya itu. Ya jelas, Aka tak akan mau ikut.

"Mama aja ya." Tolak Aka lembut.

Yuni menyelampirkan tangannya di pundak Aka. "Makan malam antar keluarga sayang. Kamu anak mama kan?" Yuni menatap mata Aka.

"Tapi ma, mama tau sendiri kan? Kalau Aka itu gimana. Apalagi menyangkut kepentingan papa."

"Iya mama tau, Jelas mama tau itu. Tapi mama mau kamu ikut. Lakukan ini untuk mama bukan papa." Ucap Yuni terus berusaha membujuk Aka. Aka menghela nafas nya panjang, kalau soal mama nya Aka akan luluh. "Oke."

Ucapan itu mampu membuat Yuni menarik secarik senyum nya. "Yaudah siap-siap mama tunggu di bawah." Ucap Yuni lalu keluar dari kamar Aka.

Aka tengah duduk di meja bundar yang sudah terhidang makanan-makanan mewah. Disana juga terdapat Yuni dan Adi. Mereka tengah menunggu rekan nya yang sedari tadi tak kunjung datang.

Tak ada sepatah kata pun yang Aka lontar kan kepada Adi. Walaupun sedari tadi pria itu terus membuka obrolan pada Aka, ia hanya menghirau kan nya saja.

Aka tengah memakai jas hitam. Mama nya menyuruh nya untuk memakai pakaian formal. Karena pertemuan yang diadakan di restoran berbintang lima. Restoran mahal dan terkenal, Kalau tak karena terpaksa Aka sangat malas dengan acara norak seperti ini.

Tiba-tiba satu keluarga berjalan menghampiri mereka. Spontan mereka berdiri dari duduk nya.

"Haii Adi, Bagaimana kabar anda?" Sapa pria berumur itu dengan ramah. Menjulurkan tangan nya pada Adi dan memeluk nya.

Adi membalas pelukan itu. "Baik, Anda sendiri apa kabar? Sehat?" Tanya nya basa basi.

Begitu juga dengan Yuni ia bercepika-cepiki dengan wanita yang terlihat sudah berumur itu.

Mata Aka membulat, melihat cewek yang berada di belakang wanita itu. Ia tak salah liat kan? Kenapa dunia harus sesempit ini? Bertemu dengan cewek centil seperti diri nya.

"Aka?" Sapa nya.

"Lo?"

"Loh, Kalian saling kenal?" Tanya Mira menyadari mereka yang tengah berbincang.

Bianca mengangguk. "Kenal dong mi, orang dia temen sekolah nya bian."

"Silahkan duduk." Ucap Adi pada mereka semua. Sontak mereka menduduki kursi masing-masing.

"Jadi Aka satu sekolah sama Bianca?" Tanya Dendi, papa nya Bianca.

"Iya om." Jawab Aka berusaha untuk sopan.

"Wahh suatu kebetulan yaa." Sahut Dendi yang direspon senyuman tipis setipis nya dari Aka.

"Bianca, Aka gimana di sekolah?" Tanya Adi melirik Bianca.

Bianca tersenyum. "Aka pinter banget om disekolah, cuman nakal sih anak nya. Most wantedd bangett om!! Tapi Aka orang nya kasar." Tutur Bianca, membuat Aka menatap nya menusuk.

Apa apaan ini? Ia harus terjebak kedalam ruang lingkup seperti ini.

"Betul Aka? Jangan kasar-kasar ih apalagi sama cewek." Sahut Yuni.

"Aka punya cewek gak, Bianca?" Tanya Adi lagi. Sontak seorang perempuan terlintas tiba-tiba kedalam fikiran Aka. Syahfa.

"Enggak ada si om." Jawab Bianca. "Cuman Bianca mau lakuin pendekatan sih sama Aka."

"Aka, om titip Bianca ya. Tolong jagain dia di sekolah." Ucap Dendi menatap Aka.

"Ha?" Spontan Aka.

Mereka langsung menatap Aka serempak. Terlebih Adi yang sedang menatap nya menohok.

"Bianca kan udah gede om, kenapa harus pake di jagain? Kan bisa jaga diri sendiri juga kan?" Ujar Aka tak sopan, spontan Yuni mengelus pelan pundak Aka.

Dendi tersenyum. "Anak kamu persis sifat nya seperti saat kamu SMA. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohon nya." Ucap Dendi.

•••
THANKYOU FOR READING ❤️
VOTMENT YUK!

SEE YOUUUU.

SALAM SAYANG.

AKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang