Jangan kasar-kasar, kalau kamu memang gak suka tolak dengan baik-baik.
~Mama Yunii~
°°°°°°°^H A P P Y R E A D I N G^
↓
↓
↓
↓
↓
Let's enjoy.
_________________________________________Aka tengah memakai pakaian santai rumahan. Mengenakan celana pendek dan kaos berwarna putih. Aka berjalan menuruni tangga rumah nya. Dengan mata tak melihat jalan, Mata nya terfokus pada layar handphone yang termiring. Jari-jari tangan Aka yang berkutat pada layar. Aka tengah bermain game onnline di ponsel nya.
Aka melangkah kan kaki nya berjalan ke ruang keluarga. Terlihat mam anya yang tengah terfokus pada acara di TV.
"Hai ma." Sapa Aka tanpa menatap Yuni. Aka langsung menghempaskan badan nya di sofa. Berduduk tepat disamping mama nya.
"Haii sayangg." Sahut Yuni memberikan senyum nya pada Aka. Seketika Yuni menggeleng kan kepala nya melihat Aka. "Game muluu, belajar udah belom." Ucap Yuni.
"Belum." Jawab Aka mencomot kentang goreng yang tertera di atas meja. "Takut Ntar Aka nyaingin Albert Einstein. Gak belajar aja Aka udah pinter."
Aka memang pintar, walaupun pria itu tak belajar. Ia mampu menjawab soal-soal, terlebih urusan kimia dan fisika, Aka jagonya. Aka selalu mendapat peringkat 1 dikelas nya. Dengan itu, teman-teman nya selalu memanfaatkan otak Aka.
Perkataan Aka membuat mamanya tertawa geli. "Kaya nya mama lupa nge imunisasi kamu deh. Makanya anak nya jadi ke pedean." Cibir Yuni.
"Pantes." Sahut Aka mencomot kembali kentang goreng itu. "Memang iya Aka bolos Mulu. Tapi otak Aka bawa ke sekolah, bukan nya ditinggal di rumah."
Yuni terkekeh. "Iya-iyaa, anak mama memang pinter. Tapi kurang-kurangin deh sayang bolos nya." Nasihat Mama nya mengelus lengan Aka.
"Iya ma, ntar Aka kurangin." Kata Aka menurut. Yuni hanya mengangguk lalu beralih pada acara TV yang ia tonton.
Keheningan menerpa, hanya terdengar suara game dari dalam ponsel Aka dan suara Acara TV yang Yuni tonton.
Aka megerang, ia kalah. Aka menghempas ponsel nya ke sofa itu. Seketika suatu pertanyaan terlintas di pikiran Aka.
"Ma," Panggil Aka pada Yuni yang terfokus menonton.
"Apa sayang." Sahut Yuni tanpa menoleh pada Aka.
"Aka mau nanya dong."
"Nanya aja, pake izin segala kamu."
"Papa ada ngomong apa sih sama Bianca ma?" Tanya Aka langsung, membuat Yuni menoleh menatap Aka.
"Ngomong sama Bianca?" Tanya Yuni mengulangi.
"Mama gak tau, papa gak ada cerita. Kenapa gak kamu tanya langsung aja sama papa?" Ucap Yuni.
Aka memasang raut wajah malas nya. Membuat Yuni langsung faham dengan raut wajah anak nya ini.
"Aka gak mau ya, papa nyuruh-nyuruh Bianca buat mantau dan ngawasin Aka di sekolah. Apaan banget, Aka udah besar juga. Norak." Kesal Aka.
"Jangan sampai juga papa mau jodohin Aka sama Bianca. Yakali, Ini bukan zaman Siti Nurbaya yang harus dijodoh-jodohin segala. Sekarang udah zaman modern, gak ada lagi yang namanya dijodoh-jodohin."
Yuni tertawa mendengar segala unek-unek yang terlontar kan dari mulut Aka. "Kamu kenapa hey? Kok mikir nya kesitu." Ucap Yuni dengan sisa-sisa tawanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKASYA
Teen Fiction🔴 END | SUDAH TERBIT PART MASIH LENGKAP > BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA "Cih, cewek murahan!" "Udah tau Aka gak suka, masih aja dikejar-kejar!" "Gak ada harga dirinya!" "Jadi cewek tu punya harga dirinya kek!" "Urat malu nya udah putus kali." Berba...