Empatsatu💅

93.8K 6.7K 959
                                        

Terkadang musuh terbesar adalah sahabat sendiri
~syahfa~
••

HALLO

🎀H A P P Y R E A D I N G🎀
let's enjoy...

Siap?
1
2
3

go

Syahfa duduk pada bangku yang semestinya bukan bangku asli yang ia gunakan untuk belajar. Duduk sendirian pada bangku paling ujung dan paling pojok belakang. Terdapat banyak coretan-coretan kata-kata kasar juga di meja yang Syahfa gunakan untuk menulis.

Sebenernya itu kehendak Karin, Ia ingin menempati bangku Syahfa dan berduduk bersebelahan disamping Alna. Karin juga menghasut teman-teman sekelas agar memojokkan Syahfa. Tak bisa berbuat banyak, Syahfa hanya bisa menerima kenyataan.

"Selamat pagi!" Sapa seorang bertubuh gempal dan pendek yang masuk kedalam kelas mereka.

"SELAMAT PAGIII BUU!!" Sahut mereka serempak pada guru Kimia itu.

"Anak-anak, kita belajar nya sekarang dilabor. Kita akan praktek disana, jadi silahkan pilih kelompok kalian, dengan maksimal 3 orang. Pilih sendiri kelompok nya." Intruksi dari bu Wirda membuat mereka semua berjingkrak kesenangan. Tentu saja, belajar dilabor hal yang menyenangkan bagi mereka. Mereka dapat belajar sambil bermain.

"OKE BUUUU!!!!"

"Ya sudah, ibu tunggu di labor. Dalam waktu 10 menit semuanya udah harus ada disana." Ucap nya lagi yang mendapat anggukan dari mereka semua.

Syahfa yang berada dibelakang dapat melihat seisi kelas yang sudah mendapat kelompok nya masing-masing.

Jadi begini rasanya tak memiliki siapapun? Merasa kesepian dan begitu terpojok kan. Tak ada satupun orang yang mau berkelompok dengan dirinya. Jalan satu-satu nya, Syahfa harus minta bergabung pada kedua sahabat yang masih dirinya anggap sebagai sahabat.

Syahfa melangkahkan kakinya menghampiri Alna dan Karin, berjalan sedikit gugup. "Hai Al, Kar." Sapa Syahfa basa-basi. Sontak ekspresi Alna dan Karin berubah seketika. Yang tadinya tampak bahagia malah berubah menjadi sinis dan jutek.

"Mau ngapain Lo?!" Ketus Alna.

"G-gue boleh gak seasekolompok sama kalian?" Tawar Syahfa.

Reflek Alna dan Karin tertawa terbahak-bahak. Mendengar penuturan bodoh yang dilontarkan dari mulut Syahfa. "Pfftt, apa lo bilang? Sekelompok?" Ulang Karin yang mendapat anggukan dari Syahfa.

"Gila ya lo, nekat banget ngomong begitu!" Ketus Alna.

"Otak lo pake bego!" Karin menoyor kepala Syahfa menggunakan jari telunjuk nya. "Yakali kita mau sekelompok sama Lo! Kita bukan sahabat lo lagi! Stop sok Deket sama kita! Sampah kaya lo gak cocok jadi temen!" Lanjut nya.

"Lo itu pembawa sial!" Hardik Alna. Syahfa tak menyangka mulut yang dianggap nya sebagai sahabat lebih pedas dan menyeletuk dibanding mulut Bianca yang jelas-jelas belum pernah menjadi teman nya Syahfa.

Air mata Syahfa hampir saja menetes, namun ia seberusaha mungkin untuk menahan nya. Ternyata benar, musuh terbesar kita adalah sahabat sendiri.

"Udah ah ayo, buang-buang waktu ngomong sama dia." Ajak Karin berbalik badan, ingin meninggalkan Syahfa. Namun, dengan cepat Syahfa mencekal tangan Alna. Menghalau jalan mereka berdua.

Alna berdecak, spontan menepis kasar tangan Syahfa. "Gak usah pegang-pegang bego!" Kesal nya.

"Jangan pergi yaa? Gue mohon banget sama kalian berdua. Tetep jadi sahabat gue, mana Alna yang dulu? Yang selalu marah kalau gue selalu disakitin. Dan mana Karin yang dulu? Yang selalu perhatian sama gue, khawatir banget sama gue." Lirih Syahfa.

AKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang