Setelan jas yang terlihat begitu formal masih melekat ditubuh gagah Kim Seok Jin. Pemuda itu tak perduli dengan peluh yang membasahi sekujur tubuhnya, atau mengabaikan rasa lelah dan kantuk sebab lebih memilih menatap gadis yang tengah tertidur teramat pulas di sofa.
Rasa gengsi dan sedikit kecewa masih terpatri jelas dari wajah lelahnya. Bahkan kilapan minyak mulai mengotori wajah tampannya.
Jika saja teman perempuannya-Kim Jisoo, tak menasehati pemuda itu, mungkin ia tak akan berada di apartemennya sepagi ini hanya untuk mendengar dengkuran halus Nami.
Menilik jam yang meghuni pergelangan tangannya-pukul 2 pagi. Setidaknya ia masih memiliki waktu yang cukup banyak untuk menghapus rasa rindunya. Walaupun sebetulnya ia teramat sangat ingin memeluk Nami dan berakhir tidur bersama saat ini.
"apa kau benar-benar mencintainya? Jangan gegabah! Mana mungkin dia tak menyukaimu setelah kalian tinggal bersama selama beberapa bulan. Apalagi telah bercinta. Itu terlalu mustahil bodoh!"
"tapi kau lihat sendiri kan bagaimana dia membalas pesanku? Seperti benar-benar menginginkan ku menjuhinya"
"lalu kau akan menyerah seperti ini? Dasar pencundang! Cepat temui dia dan minta maaf!"
Sekian kalimat klise yang terputar di otaknya membuat Jin mengusak surainya kasar. Menyesali tindakannya kemarin yang mengabaikan Nami hanya karena amarah yang tak sebanding dengan sikapnya selama ini.
Penatnya bertambah setelah mendapati ponsel yang tiba-tiba saja bergetar dan menampilkan sebuah email yang menyangkut tentang perusahaan ayahnya.
Dasi yang melilit leher jenjangnya ia lepas seraya mendengus kesal. Entah angin apa yang menyentuh hati ayahnya sampai-sampai ia berniat akan segera menyerahkan perusahaan keluarga Kim kepada anak sulungnya.
"enghh"
Sontak atensi Jin beralih melihat Nami yang berusaha menggulung tubuhnya. Alisnya menyerit menahan dingin. Kendati musim dingin mulai datang, membuat cuaca semakin tidak bersahabat.
Dengan hati-hati dan pikiran yang tergesah, pemuda itu segera memberikan mantel yang ia gunakan tadi. Lalu menutupi tubuh Nami agar gadis itu merasa hangat. Walaupun akan lebih hangat jika ia memeluknya. Pikirnya.
Jin berjalan pelan agar tak menimbulkan suara pada langkahnya yang giat berjalan menuju pintu keluar. Namun saat ia ingin memakaikan sepatu pantofelnya, Jin seperti melupakan sesuatu lalu segera berbalik.
Wajahnya menunduk. Mendaratkan bibir tebalnya tepat di pipi Nami dengan senyuman sendu yang sulit diartikan.
"sleepwell"
•••
Langkah gontai tak bergairah dan semangat itu lagi dan lagi terlihat. Tak ada keraguan saat ia berjalan memasuki lorong apartemen dimalam yang selarut ini sebab ia tahu Jin tak akan pulang lagi, malam ini.
Sekelebat pemikirannya menuju pada kejadian 2 hari belakangan ini. Dimana ia selalu bangun dengan mantel milik Jin yang membungkus dirinya. Padahal sudah jelas ia mengingat dirinya tak pernah menggunakan benda itu.
Untuk apa juga ia menggunakan mantel saat tidur? Lebih baik dirinya menggunakan selimut tebal.
Terhitung ini adalah hari ke 4 semenjak kedatangan gadis yang sempat menemui Jin di halte, pemuda itu merubah aspek sifatnya secara drastis. Sifatnya begitu dingin. Persis seperti awal pertemuan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...