ch.3

3.7K 1.1K 355
                                    

Satu jam aku menunggu di lobby, pemuda itu akhirnya datang. Tapi ia tidak sendirian, melainkan dengan seseorang yang terlihat lebih dewasa dan tak kalah tampannya.

Apa ayah akan membuat hidupku seperti bola di tengah lapangan? lalu para pemain mengoper tubuhku ke satu orang dengan orang lainnya demi memasukkan benda berharganya ke suatu gawang. 

ahh menjijikkan. 

"ikut aku" ucap pemuda di sebelah 'tuan' Kim dengan dingin setelah menjelajah matanya ke seluruh tubuhku. 

"hah?" aku melirik mereka secara bergantian dan dengan cepat 'tuan' Kim merespon gerakanku—

"bukan aku yang memesanmu. Tapi dia, kakakku" 

"o,ohh" 

memesan. . .

"ayo" 

Belum sempat aku mengiyakan, kakak dari 'tuan' Kim itu sudah berjalan mendahului kami. Dan dengan cepat 'tuan' Kim menyuruhku untuk membunti kakaknya.

Habis sudah riwayatku. 

Lelaki yang berjalan memunggungi ku ini terlihat sangat tidak bersahabat. Bahkan saat kami berada di dalam lift ia sama sekali tak menghiraukanku.

Apa ia merasa jijik karena keadaanku yang seperti ini? Bagaimana tidak, keadaanku benar-benar berantakan bak seekor kuda yang baru saja di selamatkan dari kubangan lumpur.

Sedangkan dirinya? Pangeran tampan si pemilik kuda yang tenggelam itu.

Ya, pemilik. Untuk malam ini saja.

Perjalanan kami terhenti sampai di pintu kamar bernomor 6969. Aku sempat terdiam di bawah ambang pintu masuk saat pertama kali melihat hotel berkamar mewah seperti ini. 

Terlihat seperti rumah atau apartemen mewah di dalamnya. Aku rasa hanya golongan kolomerat saja yang bisa memesan kamar vvip ini. 

Gugup, takut, marah, semua perasaan itu bercampur aduk. Benar-benar membuatku ingin menangis saja saat ini. Ajalku, kapan kau datang menjemputku? Aku menantimu. Kalau bisa datanglah sekarang. Karena setelah ini aku akan sangat membenci hidupku.

Dan membenci mu, 'tuan' tampan. 

Dari dulu aku selalu berharap mendapatkan masadepan yang lebih baik.

Aku menghiraukan tirta amarta ku yang haram dan kotor itu—membalas semuanya dengan fokus pada sekolah lalu mendapatkan ranking di kelas agar hidupku bisa membaik nantinya.

Tapi setelah hari ini, itu semua akan menjadi sia-sia dan hanya kekonyolan ilusi pemikiranku saja.

Belum lagi, ayah selalu meremeh dan menertawakanku saat aku menunjukkan kepintaran dan keahlianku; buang semua hayalan bodohmu itu Park Nami, dan jadilah budak seorang lelaki agar kita bisa hidup kaya. 

•••

"buka mulutmu"

Aku membuka sedikit mulutku, namun rasanya sangat sakit hingga aku mengeluarkan ringisan.

perih, lebih perih dari biasanya.

Ia menatapku beberapa detik, lalu kembali sibuk dengan kotak P3Knya.

Pemuda itu mencondongkan tubuhnya—mulai bermain dengan obat-obatan serta kapas yang ia siapkan untuk membersihkan lukaku.

"ini akan sedikit sakit, jadi tahan lah" dengan jari panjangnya, ia merenggut rahangku—mengoleskan obat ke bibirku dan benar saja, rasanya bertambah perih.

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang