Ia menarik Nami masuk kedalam tahtanya. Mendudukkan gadis itu tepat di atas pahanya lalu menatap lekat dengan seringai mesum, khas seorang Kim Seok Jin.
"sebetulnya kau tak perlu meminta untuk aku hukum, aku sudah bersedia untuk menghantammu terlebih dahulu" kini senyumannya keluar begitu lebar disertai dengan lengkungan bulan sabit yang terebentuk pada pelupuk matanya.
Tanpa aba-aba, Jin segera menyambar bibir Nami. Diawali dengan menautkan bibir satu sama lain, melumat, menyesap, dengan ritme yang senada. Dirinya turun perlahan dengan kecupan disetiap rute perjalanan bibirnya. Hingga berlabuh pada area pundak mulus Nami. Sama sekali tak ada perlakuan kasar atau paksaan.
Merindukan aroma vanila yang sangat ia sukai. Mengendus layaknya anak anjing. Sungguh, baunya begitu menggugah hawa nafsu. Biarkan dirinya hari ini menjadi serigala liar yang mendapatkan umpan lezat.
Rambut tebal Jin terasa menggelitik. Begitupun dengan setiap tindakan yang Jin lalukan pada tubuh Nami. Membuahi beberapa gigitan dan menghadiahkan bekas warna ungu lebam agar gadis itu ikut terangsang. Lalu berlanjut memberi tanda di leher jenjang Nami.
Jelas Nami mengerang. Meremat rambut Jin untuk melampiaskan sensasi yang Jin peruntunkan, Membuat Jin semakin bersemangat untuk melakukan hal lebih dan lebih lagi.
Tangan Jin kini berhasil masuk menjelajahi setiap seluk beluk dari bentuk tubuh Nami. Merasa tak puas, kini Jin bertindak brutal dengan melepaskan pakaian Nami dengan seringai seperti seorang lelaki dewasa.
Permainannya sungguh mendominasi. Nami hanya menganut segala tindakkan Jin hingga keduanya kini sudah tak memiliki sehelai benangpun untuk menutupi tubuh.
Pun Jin yang kini sudah menindih tubuh Nami, dengan alat tempurnya yang sudah tegak bersiap masuk kedalam kandang Nami.
Namun sebelum itu Jin terhenti. Menatap nami dalam lalu dirinya tersenyum manis. "kau bisa mengatakan aku seorang pecundang karena kini aku benar-benar menyukaimu" desisnya pelan.
Nami terdiam dengan bulu kuduknya yang terbangun secara tiba-tiba. Hatinya terasa seperti dihantam oleh konfeti pesta ulang tahun. Terkejut sekaligus senang. Belum lagi, suaranya berdaung di rungu seolah tak ingin menghilang. Entah mengapa batinnya bersorak kegirangan.
Otaknya masih memikirkan balasan perkataan itu. Namun Jin sudah lebih dulu memasukkan alat tempurnya kedalam sana dan membuat Nami seketika hilang akal sehat.
Nami mencengkram pundak Jin teramat kuat sampai-sampai Jin harus menurunkan temponya menjadi lambat. Menatap Nami penuh khawatir lalu mendaratkan sebuah kecupan di dahi Nami.
"apa sakit?" tanya Jin dengan tone suara serak basah yang kini terdengar begitu dalam dan berat dengan desahan yang perlahan mereda.
"aku harus menghentikan ini jika kau—"
"ti-tidak, lanjutkan saja" suaranya tak begitu terdengar di rungu Jin. Namun Jin masih faham dengan apa yang gadis itu maksudkan. Nami menatap Jin kembali. Sama dalamnya. Seolah benar-benar menginginkan Jin melanjutkan ini.
Tangannya giat terangkat melilit leher Jin. Mengusap tengkuk Jin yang terasa sedikit lengket sebab peluh mulai keluar. Sungguh, Nami tengah menahan malu setengah mati karena ia terlihat seperti anak lugu yang menginginkan hal dewasa. Belum lagi, Nami membuang wajahnya kesamping untuk menghilangkan kecanggungan.
Jin terkekeh. Kalau boleh jujur, Nami kali ini terlihat lebih—menggugah selera. Hasrat untuk melahap gadis itu kian melonjak naik.
Jin mendekatkan wajahnya ketelinga Nami. Mengecup pelipisnya—memberikan endusan singkat lalu melebarkan sebuah senyuman, "katakan 'stop' jika ini terasa menyakitkan. Panggil 'namaku' jika kau mulai menikmati ini. Cantik" gumamnya menggoda dengan endusan nafas yang begitu mengganggu ketenangan jiwa dan raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...