ch.50

1.1K 182 45
                                    

Tepat pagi ini salju pertama turun di tahun 2025.

Saat kristal putih nan halus itu mulai berdatangan, semuanya masih sama. Tak ada sesuatu yang spesial ataupun menarik. Gadis itu tak pernah menyambut salju pertamanya dengan meriah atau kebahagiaan. Tak seperti orang lain yang menyambut salju pertama dengan senyum serta penuh harap.

Mereka selalu mengatakan bahwa salju pertama itu merupakan sebuah anugrah. Namun sayang, kalimat itu hanya dipertuntukkan pada orang-orang tertentu. Mungkin. 

Yang gadis itu dapatkan malah sebuah kejadian buruk saat salju pertama turun di 4 tahun silam. 

Saat burung besi itu terbang meninggalkan Korea, saat itu pula seberkas salju mulai turun mengiasi langit-langit kota Seoul. Orang-orang menyambut itu dengan girang dan meriah.

Tetapi tidak dengan Park Nami.

Hanya gadis itu yang menangis, mengumpat, memaki serta meraung seperti orang gila. 

Sampai akhirnya seorang pemuda datang merangkul tubuh lemah dan bergetar itu karena melihat Nami yang hampir limbung. 

Park Jimin, akan selalu berada di pihaknya. 

Sakit, teramat sakit saat ia mendengar kalimat terakhir yang pemuda itu katakan pada dirinya. Itu adalah ucapan selamat tinggal yang mampu menyayat hingga ke ulu hati. 

Perpisahan yang teramat tragis dan ironis. Park Nami persis seperti seekor anjing yang dibuang begitu saja oleh sang majikan.

Namun walaupun begitu tetap saja pemuda itu masih mampu membawa Nami hanyut dalam kenangan lalu menyisakan amarah, kekesalan sekaligus kesedihan pada diri sendiri saat dirinya tersadar kenapa ia masih saja merindukan pemuda itu.

Kim Seok Jin, benar-benar telah merenggut sebagian besar lembar kehidupan yang seharusnya bisa saja Nami isi tanpa ada pemuda itu didalamnya—atau mungkin menghapus kenangan bersama pemuda bermarga Kim itu. 

Tapi sayang seribu sayang, usaha itu tak pernah berhasil.

Karena nyatanya, kenangan tentang Kim Seok Jin masih menjadi kepingan utuh yang enggan untuk menghilang dari hatinya. 

"sayang, apa kau sudah bangun? Kau bilang hari ini akan pergi dengan lelaki Park itu bukan?"

Suara bibi Jung dibalik pintu kamar mengembalikan kesadaran Nami. Ia memukul pelan kepalanya seraya berdecak kesal. Park Nami bodoh! Kau masih saja memikirkannya!

"jangan lama oke? Jangan membuat lelaki Park itu menunggu kelak"

Mendengar marga yang di sebut bibi Jung sontak membuat Nami mendengus pelan.

Park Jimin, seorang teman sekaligus bosnya itu malah mengajak Nami berjalan-jalan di hari libur yang padahal ia sangat ingin berleha-leha.

"baik bibi. Aku akan segera keluar setelah mandi dan bersiap"

•••

"wah lihat, pagi ini sepertinya akan ada yang berkencan di salju pertamanya"

Nada ejekan itu terdengar dari mulut paman Jung. Ia berpura-pura asik menonton reality show di tv padahal sejak Nami turun menuju ruang tengah lelaki paruh baya itu tak hentinya menatap Nami dengan senyum jahilnya. 

Paman Jung tak pernah berubah. Tetap menyebalkan dan menganggap Nami sudah seperti anaknya sendiri.

"noona, kau ingin pergi kemana dihari libur ini? Apa kau akan jalan-jalan? Boleh aku ikut?"

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang