Hampir saja Jin melempar ponsel dengan case karakter crayon sinchan tepat di tembok putih gading, dinding kamarnya. Kalau saja itu adalah ponsel miliknya, tentu benda itu sudah hancur berkeping-keping. Terlebih nama yang sama selalu memanggil setiap menitnya membuat telinga pemuda itu kian memanas.
Penganggu. Kata itu bersemayam didalam pikiranya sebelum akhirnya Jin lebih memilih untuk mematikan ponsel itu dengan cara yang lebih manusiawi.
Kembali, netranya menatap presensi Nami yang masih terjaga dengan wajah yang perlahan kembali terlihat segar. Bahkan ini sudah satu jam lebih sejak ia membawa gadis itu ke dokter langganannya.
Penjelasannya hanya karena ia tak sarapan dan selalu tidur dengan jam-jam yang tak teratur. Terdengar sangat sepele. Tapi sampai kini pun gadis itu belum terbangun dan Jin masih setia menunggu Nami yang entah sampai kapan.
30 menit pun berlalu. Posisi Nami masih stagnan dan belum memberi perubahan.
Rasa bosan semakin menyelubung suasana tatkala Jin tak lagi mengutak atik ponselnya. Hanya terdengar suara pendingin ruangan yang bercampur dengan suara deru nafas Nami yang saling berlomba satu sama lain.
Kini netranya beralih ingin menatap gadis itu lamat-lamat. Menilik inci demi inci wajah mungil itu tanpa melewatkan sedikit momenpun. Lalu, tatapan itu menghasilkan sebuah kata yang berhasil muncul dengan spontan tanpa perintah,
"manis" gumamnya tak sadar.
Sekelebat pemikiran Jin yang bodoh mulai tumbuh dan berkembang di dalam otaknya. Sebuah ide bodoh tentang film yang pernah ia tonton semasa kecil. Film yang dimana menampilkan seorang tuan putri dengan pemuda desa biasa.
Singkat cerita, sang putri terkena kutukan yang dimana ia akan tertidur selamanya sampai ia mendapatkan cinta sejati. Cara membangunkannya, ia harus dicium oleh seorang pemuda yang notabennya adalah jodonya.
Cukup mudah. Cium dan bangun. Pikir Jin.
Cepat tubuh Jin tercondong merapat. Pun bibirnya bersiap mendarat di titik yang sudah ia incar sedari tadi.
Dadanya kembang kempis sebelum akhirnya ia menarik nafas dengan klimaks. "hanya ciuman"
Satu kecupan ia daratkan. Sejenak menunggu, mungkin tubuh Nami masih memproses apa efek dari ciuman itu. Namun sayang, hasilnya nihil. Tak ada perubahan. Nami masih saja tak sadarkan diri.
"apa caraku salah?"
Keras Jin memutar otak dengan mulut yang masih bergumam mecari jalan keluar.
"ahh, aku paham. Di film, sang putri tertidur. Sedangkan sekarang, Nami tak menyadarkan diri. Mungkin dengan menempelkan bibir saja tak akan berhasil" gumaman itu ia sertakan dengan anggukan.
Untuk kedua kalinya, ide yang ia hasilkan terlihat lebih bodoh dari sebelumnya. Jin kembali mendaratkan bibirnya disana. Merapatkan matanya dan mulai melumat walaupun masih tak mendapatkan respon.
Ciuman yang lebih tulus dari biasanya. Ciuman yang bukan hanya sekedar mencari nafsu atau ia gunakan untuk menggoda gadis itu agar menjadi salah tingkah.
Ciuman yang ia rindukan padahal baru satu malam ia tak mendapatkannya.
30 detik pertama, sama sekali tak ada respon. Hanya rasa manis yang dihasilkan dari liptin Nami yang ia gunakan tadi pagi. Namun berjalannya waktu menuju 50 detik pertama, balasan dari pihak sang gadis mulai Jin dapatkan.
Lumatan yang ia lakukan akhirnya terbalas. Sontak Jin membuka matanya lebar-lebar. Dilihat Nami masih setia terpejam namun bibirnya mulai membalas lumatan dengan leluasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...