Nami tak dapat mengalihkan atensinya dari cermin yang terpampang tegak di hadapannya. Membolak-balikkan tubuh seolah sedang bertanya pada diri sendiri apakah ia terlihat cocok atau tidak dengan baju bermotif tropical itu.
"apa ini terlihat bagus untukku, Jim?"
Jimin menyimpulkan senyumnya. Membantu untuk merapihkan surai hitam Nami seolah ingin mengikis jarak. "kau selalu cantik dengan baju apapun"
Nami hanya bisa mengembus nafas berat. Bualan semacam itu hanyalah sebuah omong kosong untukknya. Apalagi yang berbicara adalah seorang Park Jimin. Terhitung sejak ia melihat batang hidung Jimin hari ini, pemuda itu sudah membuat ucapan manis lebih dari sepuluh kali.
"apa kau suka?" Jimin bertanya dengan senyum yang masih terpatri disana. Anggukan antusias Nami balaskan.
Jimin merangkul tubuh mungil Nami lebih erat lalu mengisyaratkan gadis itu untuk menyatukan pandangan ke arah cermin. "kenapa kau pendek sekali?" Tanya Jimin pada pantulan Nami disana.
Nami yang mendengar pertanyaan konyol itu seketika memutar bola matanya malas. "Kau juga pendek Jim. Bahkan kau tidak seperti lelaki seoul lainnya"
Jimin yang mendengar perkataan menohok itu hanya dapat tertawa gemas hingga netranya ditenggelami oleh pelupuk mata. "aishh, lidahmu jahat sekali noona, hahaha. Baiklah, kali ini aku akan bertanya dengan serius..." ia berusaha melanjutkan pembicaraan dengan tawa yang berusaha merenggut nafasnya. "...apa kau suka, Park Nami?"
"suka" Balas gadis itu singkat.
"yahh, aku juga suka..." Jimin menggantung intonasi nada bicaranya. Membawa kembali manik mata Nami untuk ia tatap lebih dalam. "...suka dengan orangnya" suara yang terdengar sendu nan sejuk berhasil membuat wajah innocent Nami menjadi merah merona. Terlalu frontal untuk mengucap perkataan seperti itu.
Park Jimin sinting.
Dengan cepat Nami membuang atensi serta skeptisnya--memukul pundak gagah Jimin agar ia bisa mencelos pergi dari jebakan serta gombalan maut yang dapat membuat pemikirannya semakin kalut.
Bukan tak ada alasan mengapa gadis itu menjadi seperti ini. Nami tidaklah tuli seperti apa yang sering Jin hina kepada dirinya. Ia dapat mendengar dengan jelas semua percakapan tadi pagi saat Jin dan teman-temannya bersenda gurau di ruang tengah.
Mulai dari perbincangan tentang wanita pemeran utama di film dewasa sampai pengakuan Jimin secara terang-terangan ingin mendekati dirinya.
Pemikirannya membias tentang apakah ia harus menjaga jarak atau tidak dengan Jimin mulai hari ini. Kendati Ada sedikit perdebatan disana saat Jin mencoba menasihati rekannya itu dengan kalimat sindiran seolah tak menginginkan Jimin untuk mendekati wanita sewaannya.
Sedangkan Nami, ia bersikap seolah tidak mengetahui apapun saat keluar dari persembunyian. Mencoba bersikap biasa saja dengan mengemas sampah sisa makanan ringan yang berserakan. Padahal ia tau betul Jin tengah mengawasinya dari kursi makan bergaya bar itu dengan tatapan yang menyalang seakan tengah menahan rasa amarah.
Pun, sebetulnya di dalam kontrak tak ada larangan bukan untuk ia berdekatan dengan lelaki lain. Tidak ada sangkut paut dengan hati satu sama lain.
Jadi apa tindakan yang ia lakukan ini salah?
•••
Satu langkah menuju pintu keluar, Nami merasa tubuhnya seperti tersengat tatkala melihat presensi lelaki paruh baya yang tak asing sedang bergandengan tangan dengan gadis seumuran dengannya. Tersemat tawa kebahagiaan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fanfiction[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...