Mangata yang terpajang di sepanjang pias sungai, membuat suasana malam ini nampak semakin romantis. Selusur tangan putih dengan urat yang tercetak, menjuntai sembari dihiasi beberapa aksesoris di lengan maupun jari pemuda itu.
Jaehyun masih setia menautkan jari panjangnya ke Nami. Sedangkan gadis itu mulai merasakan jahatnya angin malam. Dingin yang menusuk hingga tulang ke sum-sum.
Langkah itu terlihat beriringan. Sesekali mereka meloncati bayang tiang-tiang lampu sebagai kesenangan tersendiri. Efek dari pijaran itu membuat kilauan iridecent yang terpantul di gemericik permukaan air sungai.
Indah memang. Lalu di lanjutkan dengan perbincangan hangat. Seperti kencan. Mereka nampak sangat serasi.
Jung Jaehyun—Park Nami, mengitari Cheonggyecheon Stream malam ini. Tak mau kalah dengan pasangan muda mudi yang lain, mereka juga berlaga bak sepasang kekasih.
10 menit yang lalu, Nami merengek untuk dibelikan gula-gula kapas berwarna merah muda. Dan sekarang gadis itu memulai aksinya dengan aegyo agar keinginannya untuk mencicipi es krim di salah satu gerai terkabuli.
Jaehyun sedikit mengerang namun disisipi kekehan saat Nami mulai menarik-narik ujung bajunya. Tak bisa terelakkan lagi. Dirinya tak kuasa menahan tingkah laku menggemaskan dari teman kecilnya itu. Seperkeson kemudian ia menyetujui untuk membelikan es krim sebagai hidangan penutup malam ini.
"terimakasih paman" Nami menatap esnya dengan manik mata yang berbinar. Sedangkan pria berumur senja itu tersenyum.
"karena kau cantik paman berikan sedikit tambahan toping disana"
"whoaaaa! paman baik sekali" Nami tersenyum lebar. Membungkukkan tubuhnya 90 derajat tanda menghormati paman tersebut. Lelaki paruh baya itu terkekeh manis hingga mengeluarkan kerutan pada bagian wajahnya. Terutama dahi dan ekor mata.
"apa dia pacarmu?" tanya paman itu dengan sudut pandang yang menatap presensi Jaehyun di sebrang gerai.
"tidakk, dia temanku paman. Teman dekatku dari kecil" jawab nami dengan tatapan innocent dan dibalas anggukan.
Paman dengan apron yang menutupi sebagian tubuhnya itu menyodorkan lima buah kartu dengan gambar yang berbeda-beda. Entah datang dari mana kartu-kartu itu, tanpa di duga, ia menawarkan diri sebagai seorang peramal.
Absurd. Pikir gadis itu.
Tapi tidak salah jika ia mencoba. Lagipun Nami sering kali menggantungkan keberuntungan hidupnya dengan zodiak bulanan. Walaupun terdengar gila, setidaknya ia bisa tersugesti dengan berita-berita baik yang dipaparkan.
"pilihlah salah satu. Sesuai dengan hati dan gambar yang kau sukai. Paman akan meramal nasib baik dan burukmu"
Nami terkekeh geli. Ia mengiyakan sebagai tanda menghargai paman itu lalu memilih salah satu kartu dengan gambar seorang raja yang duduk di tahta megah. Tak lupa tepinya dihiasi oleh spektrum berdominan warna magenta yang indah jika di pandang. Tanpa Nami sadar, kartu itu sekarang sudah berada di kuasanya.
Paman itu sedikit terbelalak. Entah ini pertanda baik atau buruk bagi Nami, bagaimanapun saat ini pemikirannya seketika melambung hingga ke benua antartika. Mulai beropia tentang mimik wajah sang paman, mencari tau apa yang sedang ia ramalkan.
"kau mau keuangan atau jodoh?"
Menugak saliva dengan susah payah, lidah Nami menjadi kelu saat ingin berucap. Hei kawan ayolah,, ini hanya ramalan. Tuhan yang mengatur takdirmu, bukan kartu ini. Bodoh. Batinnya yang berupaya mencairkan rasa ketakutan.
Nafasnya yang sempat terhenti akhirnya dapat kembali lepas landas diseliri dengan suara serak saat ia mengatakan, "keuangan"
"keuanganmu akan memuncak dratis. Namun, kemungkinan besar hidupmu akan menjadi gelap gulita karena uang. Kau harus pintar-pintar memilih antara uang atau nyawa" Seketika intuisinya menjalar hingga terbentuklah anatomi wajah seorang pemuda tampan, Kim Seok Jin.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]
Fiksi Penggemar[⠀⠀ ⠀; COMPLETE ⠀⠀ ] Jika saja kejadian kelam itu tak pernah singgah didalam hidupnya, mungkin Kim Seok Jin tak pernah bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tega menjual anak gadisnya demi uang dan hawa nafsu. "seharusnya ak...