ch.17

1.6K 336 46
                                    

[ flashback ]

Pemuda yang tengah memarkirkan mobil tepat di depan sebuah mansion bergaya mediterania dengan cat dominan berwarna putih tulang, sempat terdiam beberapa sekon setelah ia mendapati posisi yang pas di jok kemudinya sembari menatap mansion yang dulu pernah ia tempati.

Dirinya termenung seolah tau apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia masuk ke dalam sana. Seperti kewajiban, atau lebih pantas di sebut-dejavu, kejadian malam ini pastilah akan terus berulang seumur hidupnya.

Dari tahun ke tahun, di bulan, tanggal, dan jam yang akurat.

Jin meratapi bagian kulit lengan bawahnya, seperti ada guratan berjumlah enam besatan di selusur sana. Berhimpitan dengan urat nadi yang hampir tersentuh dalam jarak beberapa inci saja.

Tentu hari ini ukiran itu akan bertambah. Seterusnya akan bertambah. Sesuai dengan jumlah tahun kematian ibunya.

Menyiapkan diri menapaki ubin marmer dengan setelan jas hitam kemeja putih, lengkap dihiasi dasi yang melilit kerah kemeja. Para maid sempat terpaku sesaat melihat Jin yang berjalan santai dengan kedua tangan yang ia tenggelamkan ke dalam saku celana.

Rasanya seperti masuk ke dalam sebuah museum kuno. Belum lagi ada beberapa space yang sudah di renovasi, dibuat sengaja berdesain mode klasik ciri khas dari sang adik sambungnya. Kim Taehyung.

Kepalanya berdenyut tatkala melihat beberapa foto yang terpajang tepat di nakas ranjang mendiang sang nyonya rumah. Pemikiran Jin seketika menjadi kalut. Ia merasa seolah-olah sedang di tenggelamkan ke dalam lautan memori yang ia benci hingga dapat menyentuh dasar dan tak mampu naik ke permukaan.

Hormon endrofin pada tubuhnya seketika bergejolak.

Hippocampus nya berkerja dengan baik. Berputar dengan perlahan namun pasti. Seperti kaset pita yang di masukkan kedalam dvd, semua memoria tentang ibunya dan ia terkenang jelas.

Antara senang dan benci, Jin mulai meremat kasur usang nan lembab itu dengan erat. Berharap agar kebiasaan buruk itu tidak semerta muncul dan membuat keributan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Membuat dirinya semakin frustasi lalu hancur tergerus kenangan secara perlahan. Sebelum akhirnya, Taehyung datang dan menyadarkan kakaknya.

•••

"jangan memaksakan diri untuk datang kemari, hyung..."

Jin masih terdiam dengan tatapan kosong tak berarti. Rautnya terlampau kosong tak ada harapan. Memilih untuk bergeming namun pemikirannya sudah berjalan kesana kemari tak ada pengakhiran.

"...kau hanya perlu merelakan. Sudah bertahun-tahun kau menjadi seperti ini. Apa kau tidak lelah? Hidupmu menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Kau masih memiliki ibuku. Kita bisa berbagi—"

"jangan katakan itu, kau tau aku sangat membenci ibumu"

"setidaknya dia sudah berusaha menjadi ibu sambung yang baik untukmu—"

"tidak"

Taehyung final dengan ucapannya. Memijat batang hidung bangirnya dan memilih untuk mengalah ketimbang harus berdebat lalu kembali memulai perkelahian.

Sebetulnya Taehyung hanya tak tega melihat ibunya diperdom habis-habisan oleh Jin jika mereka mulai membahas persoalan masa lampau tetang kisah cinta segitiga orang tua mereka.

Jika itu terulang, baku hantam antara dua insan tampan itu tak dapat terelakkan.

"apa kau baru saja mengunjungi rumah abu?" degresi Taehyung agar suasana tak lagi menjadi semakin dingin.

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang