ch.6

3K 847 130
                                    

Jung Jaehyun. Pria paling menyebalkan yang pernah aku temui. Kami tumbuh dan besar di lingkungan yang sama. Sama-sama kumuh, kotor dan dianggap sampah.

Tapi keluarga mereka berbeda, bibi Jung lebih memilih untuk membuka kedai, tidak mencari uang haram seperti yang lain atau bahkan seperti aku dan ayah—tidak, yang benar adalah ayah saja.

Aku hanya robot yang di kendalikan menggunakan remot. 

Bibi Jung sudah menganggap ku seperti anaknya sendiri. Adiknya Jaehyun, Jung Jisung juga tak kalah dekatnya denganku. Hanya saja aku lebih dekat dengan Jaehyun karena kami seletingan.

Aku mencintai mereka. Kalau bisa, aku berharap terlahir menjadi bagian keluarga Jung. Jung Nami? apa itu cocok untukku? hahaha

"aku merindukan ayahmu Jae" 

Jaehyun hanya sedikit bergidik dengan bahunya. Seperti tak perduli lagi dengan masalah yang pernah membuatnya murka dan memaki petinggi-petinggi negeri ini. 

Aku menghela nafas sebentar sedangkan Jaehyun asik menuang soju ke gelasnya sembari menarik nafas untuk siap berucap, "bahkan aku masih tak percaya. Kenapa orang-orang yang berpendidikan seperti mereka bisa seenaknya menuduh orang lain..." sarkasnya.

"...orang kaya, orang pintar, orang berkelas, bukankah mereka memiliki akses dan jaringan yang sangat luas? bisa mencari sesuatu sampai titik terdalam melebihi intelegen" sambungnya. 

Tawa yang tadi merekah lebar sekarang berganti dengan tatapan sendu serta benci tak berarti dari seorang Jung Jaehyun. 

Ada kepedihan tersendiri saat aku mengingat kejadian dimana paman Jung—ayahnya Jaehyun, di tangkap karena di tuduh telah memperkosa seseorang. 

"aaaa! ada paman preman. . .ayo lari" Kata-kata itu selalu aku lontarkan saat melihatnya.

Badan kekar dan bentuk wajah yang tegas, membuat siapapun yang melihatnya akan merinding. Tapi percaya lah, paman preman seribu kali lebih baik dari ayahku. 

Aku merindukanmu paman. Tujuh tahun sudah kau harus menebus kesalahan yang bahkan bukti kesalannya tidaklah konkret. 

"aku masih tak habis pikir dengan kejadian hari itu. Ahh. . .mereka bodoh Jae menyelesaikan itu saja tak bisa. Kenapa harus ayahmu? Kenapa tidak ayahku saja? Aku benci mereka Jae, terlebih keluarga si korban yang merasa paling terpuruk padahal tak ada bedanya dengan keadaan keluargamu sekarang" 

Aku melihat ke arah bibi Jung yang asik membersihkan meja bekas pelanggan lain.

Kalau saja paman preman masih ada, bibi Jung tak perlu menjadi tulang punggung, "hidup ini memang tak adil" gumamku sembari mengadahkan kepalaku lalu menutup mata dengan rasa apatis.

"hidup ini adil jika kau kaya, menarik, dan pintar—itu hanyalah poin tambahan. Jika kau menganggap hidup ini tidak adil karena ada kesenjangan yang signifikan, maka kau salah. Tuhan telah menakar kesedihan dan kebahagian umatnya dengan serasi. Tinggal bagaimana cara kau menanggapinya" balasnya dengan satu tegukan soju.

Aku hanya bisa diam dalam posisi yang sama. Perasaan sedih dan kagumku bercampur karena tertohok dengan diksi yang ia katakan.

Bagaimana bisa Jung Jaehyun si rangking akhir ini berbicara seperti itu?

"kalau saja kejadian itu terjadi saat usiaku yang sekarang, aku tak segan menghabisi mereka semua. Kenapa kejadian itu terjadi saat kita masih dicap sebagai anak bau kencur? tak ada yang perduli. Tak ada. Sama sekali" 

"maaf Jae, tak seharusnya aku membahas ini" 

Jaehyun bergeleng dan senyum manisnya kembali terukir—menatap kosong ke jalanan yang semakin gelap karena awan mulai berjalan menutup rembulan. 

HACKNEY ;ft.김석진 [M] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang